keberadaan terumbu karang yang indah sangat penting dalam pengembangan sektor

ViewTERUMBU ACCOUTNING 101 at Tadulako University. TERUMBU KARANG Terumbu karang merupakan ekosistem yang khas perairan tropis. Menurut Timotius (2003), terumbu karang merupakan
GeografiXI. Artikel geografi kelas XI ini berisi tentang apa saja potensi sumber daya laut Indonesia dan bagaimana pengelolaannya. --. Kamu pasti sudah sering dengar kalau Indonesia merupakan negara yang memiliki wilayah laut paling luas, karena ternyata 2/3 wilayah Indonesia merupakan laut, sehingga Indonesia memiliki potensi sumber daya laut
Ekosistem terumbu karang yang merupakan salah satu ekosistem wilayah pesisir mempunyai peranan yang sangat penting baik dari aspek ekologis maupun ekonomis. Secara ekologis ekosistem terumbu karang merupakan tempat berbagai organisme yang berasosiasi dengannya untuk berlindung, mencari makan dan berkembang biak. Disamping itu keberadaan ekosistem terumbu karang dapat melindungi pantai dari gelombang dan abrasi. Sedang kan secara ekonomi, ekosistem terumbu karang yang indah merupakan objek wisata bahari yang menarik serta merupakan daerah “fishing ground” yang potensial terutama bagi nelayan tradisional. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free EKOWISATA TERUMBU KARANG Lis M. Yapanto Fakultas Perikanan Dan Kelautan jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan Universitas Negeri Gorontalo lizrossler PENDAHULUAN Latar Belakang Terumbu karang dan segala kehidupan yang ada di dalamnya merupakan salah satu kekayaan alam yang dimiliki oleh Bangsa Indonesia dan tidak ternilai harganya. Diperkirakan luas terumbu karang yang terdapat di perairan Indonesia adalah lebih dari km persegi yang tersebar luas dari perairan kawasan Barat Indonesia sampai kawasan Timur Indonesia. Wilayah Indonesia merupakan tempat bagi sekitar 1/8 dari terumbu karang dunia dan merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman biota perairan dibanding dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya. Ekosistem terumbu karang yang merupakan salah satu ekosistem wilayah pesisir mempunyai peranan yang sangat penting baik dari aspek ekologis maupun ekonomis. Secara ekologis ekosistem terumbu karang merupakan tempat berbagai organisme yang berasosiasi dengannya untuk berlindung, mencari makan dan berkembang biak. Disamping itu keberadaan ekosistem terumbu karang dapat melindungi pantai dari gelombang dan abrasi. Sedang kan secara ekonomi, ekosistem terumbu karang yang indah merupakan objek wisata bahari yang menarik serta merupakan daerah “fishing ground” yang potensial terutama bagi nelayan tradisional. Istilah terumbu karang sebenarnya mengandung makna gabungan antara terumbu dan karang. Secara umum terumbu dapat diart ikan sebagai suatu substrat keras di perairan laut yang menjadi habitat dari berbagai biota laut. Kelimpahan nutrien pada ekosistem terumbu karang menjadikannya suatu ekosistem yang kaya akan berbagai biota laut yang mengandalkan lingkungan ini, baik sebagai tempat mencari makan, tempat berpijah maupun berlindung, ekosistem terumbu karang juga mempunyai peran lain dalam melindungi pantai dari terpaan ombak sekaligus sebagai kawasan yang mampu memberikan jasa lingkungan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Rumusan Masalah 1. apa itu ekowisata? 2. apa itu terumbu karang? Tujuan Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari matakuliah ekowisata, serta menambah wawasan mahasiswa mengenai ekowisata terumbu karang. BAB II PEMBAHASAN Ekowisata Ekowisata menurut Fennel dalam arida 2009 merupakan wisata yang berbasis alam yang berkelanjutan dengan fokus pengalaman dan pendididkan tentang alam, dikelola dengan sistem pengelolaan tertentu dan memberikan dampak negatif paling rendah terhadap lingkungan, tidak bersifat konsumtif dan berorientasi pada lokal dalam hal kontrol, manfaat yang dapat diambil dari kegiatan usaha. Ekowisata adalah kegiatan wisata yang bersifat khas. Dalam hal ini, kegiatan yang berisi unsur “eko” saja yang dapat dimasukan dalam ekowisata, yaitu memperhatiakan aspek ekologis, ekonomis dan persepsi masyarakat, bahkan secara khusus ada ahli yang mengatakan bahwa kegiatan ekowisata ini melibatkan unsur pendidikan Arida,200923. Ekosistem Terumbu Karang Terdapat tiga jenis tipe struktur terumbu karang di Indonesia, yaitu karang tepi fringing reef, karang penghalang barrier reef, dan karang cincin atoll. Terumbu karang khususnya terumbu karang tepi tumbuh subur di daerah dengan ombak yang cukup dan kedalaman tidak lebih 40m sehingga berperan penting sebagai pelindung pantai dari hempasan gelombang dan arus kuat yang berasal dari laut. Selain itu terumbu karang mempunyai peran utama sebagai habitat, tempat mencari makan feeding ground, tempat asuhan dan pembesaran nursery ground serta tempat pemijahan spawning ground bagi berbagai biota yang hidup di terumbu karang Bengen, 2001. Proses fotosintesis bagi zooxanthellae tergantung dari penetrasi radiasi matahari yang masuk ke dalam kolom air, maka kedalaman dan kejernihan air merupakan faktor pembatas pertumbuhan dan perkembangan terumbu dan koloni karang. Radiasi matahari yang cukup untuk mendukung proses fotosintesis zooxanthellae terumbu karang yang terjadi pada kedalaman tersebut dan kejernihan air terkait dengan kandungan sedimen alam perairan. Di satu sisi kandungan sedimen yang tinggi akan menghambat penetrasi radiasi matahari sehingga mengurangi jumlah radiasi yang diperlukan untuk proses fotosintesis, disisilain endapan sedimen di permukaan koloni karang menyebabkan karang mengeluarkan banyak energi untuk membersihkan diri dari sedimen tersebut. Akibatnya karang kehilangan banyak energi, sementara proses fotosintesa untuk menghasilkan energi juga terhambat. Hal itulah yang menyebabkan karang terhambat pertumbuhan nya Nybakken, 1992. Nontji 1987, mengemukakan ekosistem terumbu karang meliputi areal seluas km2 dari luas perairan dan merupakan ekosistem unik, hidup di daerah tropis dengan produktifitas yang sangat tinggi. Menurut Zhong dan Dong 1999, terumbu karang coral reef terdiri dari dua kata yaitu terumbu reef yang berarti endapan masif kapur limestone, terutama kalsium karbonat CaCO3 yang berupa hasil sekresi kapur dari hewan karang dan biota-biota lainnya, seperti alga berkapur dan moluska, dari hasil sekresi tersebut terbentuk konstruksi batu kapur biogenis sebagai struktur dasar ekosistem pesisir. Nyabaken 1986, juga menyebutkan terumbu dapat diartikan punggungan laut yang terbentuk oleh batu karang atau pasir di dekat permukaan air. Sedangkan, karang coral, yaitu sejenis hewan dari ordo scleractinia, yang menghasilkan kalsium karbonat CaCO3 dari hasil sekresinya. Hewan karang tunggal umumnya disebut polip. Jadi terumbu karang coral reef adalah sebuah ekosistem di dasar laut pada daerah tropis yang tebentuk dari kapur hasil sekresi biota laut khususnya jenis-jenis karang batu dan alga berkapur bersama-sama dengan biota yang hidup di dasar lainnya seperti jenis mollusca, crustacean, echinodermata, polikhaeta, porifera, dan tuni kata juga biota-biota yang hidup bebas di perairan sekitarnya, termasuk jenis-jenis plankton dan jenis-jenis nekton Sumich dan Dudley, 1992. Perbedaan pengertian dari masing-masing kata dari terumbu karang secara tidak langsung menyatakan bahwa karang terbagi berdasarkan pembentuknya. Terdapat dua kelompok karang berdasarkan pembentuknya yaitu karang hermatifik dan karang ahermatifik. Perbedaan kedua kelompok karang ini adalah terletak pada kemampuan karang hermatifik dalam menghasilkan terumbu. Kemampuan menghasilkan terumbu ini disebabkan oleh adanya sel-sel tumbuhan yang bersimbiosis di dalam jaringan karang hermatifik. Sel-sel tumbuhan ini dinamakan zooxanthellae. Dahuri, et al. 2001, mengatakan Karang hermatifik hanya ditemukan di daerah tropis sedangkan karang ahermatifik tersebar di seluruh dunia. Zooxanthellae melalui proses fotosintesis membantu memberi suplai makanan dan oksigen bagi polip dan juga mambantu proses pembentukan kerangka kapur serta memberi warna pada karang. Sebaliknya polip karang menghasilkan sisa-sisa metabolisme berupa karbon dioksida, fosfat dan nitrogen yang digunakan oleh zooxanthellae untuk fotosintesis dan pertumbuhannya Nontji, 1993. Menurut Nyabakken 1992, ekosistem terumbu karang memiliki kemampuan untuk menahan nutrien dalam sistem sehingga merupakan ekosistem yang subur dan memiliki produktivitas organik yang tinggi. Ekosistem terumbu karang dapat dimanfaatkan sebagai objek wisata bahari dikarenakan ekosistem terumbu karang yang kaya akan keanekaragaman spesies dan penghuninya disebabkan habitat pada ekosistem terumbu karang yang bervariasi Dahuri et al.,2001. Selain fungsi ekologis, terumbu karang juga memiliki keindahan karena adanya berbagai jenis karang, ikan, lili laut, teripang, kerang-kerangan, siput laut, dan lain sebagainya, yang membuat takjub para wisatawan. Terumbu karang dapat menjadi objek wisata melalui kegiatan snorkeling, menyelam, ataupun hanya melihat keindahannya dari atas kapal yang dilengkapi kaca pada lantainya glass bottom boat Yusri, 2012. Berdasarkan pertumbuhan dan hubungan dengan daratan terumbu karang dapat dibedakan menjadi 3 tipe yaitu, terumbu karang tepi fringing reef mayoritas berada di daerah pesisir pantai hingga kedalaman 40 m yang tumbuh ke atas dan mengarah ke laut lepas, perkembangannya mengelilingi pulau, terumbu karang penghalang barrier reef relatif lebih jauh dari pulau sekitar 0,52 km kearah laut lepas berupa batas perairan dengan kedalaman 75 m umumnya berada di sekitar pulau yang amat besar membentuk gugusan pulau karang yang terputus-putus, dan terumbu karang cincin atol berbentuk cincin yang mengelilingi batas dari pulau-pulau vulkanik yang tenggelam sehingga tidak terdapat perbatasan dengan daratan. Terumbu karang cincin merupakan proses lanjutan dari terumbu karang penghalang, dengan kedalaman rata-rata 45 m. Namun di Indonesia memiliki satu ciri khas bentuk terumbu karang, yaitu terumbu karang gosong pacth reef terumbu ini tumbuh dari bawah ke atas sampai ke permukaan dan, dalam kurun waktu geologis, membantu pembentukan pulau datar umumnya pulau ini akan berkembang secara horizontal atau vertikal dengan kedalaman relatif dangkal Castro dan Huber, 2005. Wisata Bahari Wisata juga umumnya disebut pariwisata, dalam bukunya Warpani 2007, mengatakan bahwa penggunaaan kata pariwisata baru populer digunakan pada tahun 1958. Sebelum itu masih digunakan kata turisme, yang merupakan serapan bahasa belanda tourisme. Setelah tahun 1956 resmilah kata pariwisata sebagai padanan tourisme. Perkembangan dan pengayaan makna selanjutnya adalah hadirnya istilah darmawisata, karyawisata, widyawisata, yang semuanya mengandung unsur “wisata”. Menurut Pendit 2002, wisata secara harfiah diambil dari kata bahasa sansekerta yang berasal dari „wis‟ yang berarti rumah, kampung atau komunitas, dan „ata‟ yang berarti mengembara atau pergi terus menerus. Wisata menurut Pusat Bahasa 2008, berarti bepergian bersama-sama, baik untuk tujuan memperluas pengetahuan atau hanya sekedar bersenang-senang. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009, Bab I Pasal 1 Butir 1 berbunyi “Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi pengembangan pribadi atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara”. Dalam sebuah kegiatan wisata, pelaku atau yang melakukan wisata disebut sebagai wisatawan. Berdasarkan semua pengertian yang telah dikemukakan dapat ditemukan kesaman dari semua pengetian tersebut yang menunjuk kepada tiga hal yaitu, pelaku, objek yang berupa tempat, serta waktu. Kegiatan wisata tentu mempunyai daya tarik sebagai objek yang membuat wisatawan berdatangan dan mau menikmati, mengamati atau mempelajari. Sehingga dalam kegiatan wisata daya tarik inilah yang sangat penting. Oleh karena itu menurut kegiatan wisata atau pariwisata harus menjaga dan menjamin kelestarian lingkungan Warpani, 2007. Namun dalam menjaga kelestarian lingkungan tidaklah mudah. Jumlah wisatawan yang mengunjungi daerah yang masih asli lingkungannya meningkat secara tajam pada beberapa tahun belakagan ini. Oleh karena itu perlunya konsep daya dukung kawasan dalam suatu area wisata. Daya dukung kawasan merupakan salah satu bagian dari konsep ekowisata. Pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2009 Tentang Pengembangan Ekowisata di Daerah, ekowisata dibagi menurut jenisnya yaitu, ekowisata bahari, ekowisata hutan, ekowisata pegunungan dan ekowisata karst. Layaknya konsep ekowisata pada umumnya yang berbasis lingkungan, penentuan daya dukung kawasan wisata bahari lebih dikhususkan untuk pemanfaatan ekosistem pesisir dan laut yang bijak dan ramah lingkungan. Seperti yang ditegaskan Yulianda 2007, bahwa ekowisata bahari merupakan ekowisata yang memanfaatkan karakter sumber daya pesisir dan laut. Ekowisata bahari merupakan konsep wisata bahari yang ramah lingkungan atau kegiatan yang berorientasi pada kelestarian lingkungan untuk menjembatani kepentingan perlindungan sumber daya alam dan industri kepariwisataan Yulianda, 2007. Nurisyah 1998 dalam Lewaherilla 2002, berpendapat keragaman daerah pesisir dalam kegiatan wisata bahari merupakan daya tarik tersendiri, sehingga dalam jenis pemanfaatan wilayah pesisir dan laut sebagai kawasan wisata bahari dapat dibagi menjadi kegiatan yang dilakukan di perairan dan kegiatan yang dilakukan di pantai. Jenis kegiatan di perairan berupa kegiatan berperahu, berenang, snorkeling, menyelam dan memancing. Sedangkan kegiatan dipantai seperti olah raga pantai, piknik menikmati atmosfer laut, dan sebagainya. Menurut Ketjulan 2010, jika ditinjau dari aspek konservasi, ekowisata bahari merupakan bagian dari kegiatan untuk melestarikan sumberdaya pesisir dan laut karena pengembangan ekowisata didasarkan pada kerusakan ekosistem atau sumber daya akibat kegiatan wisata atau kegiatan lain yang memberikan dampak negatif. Ketjulan 2010 menambahkan, kegiatan wisata bahari dapat menimbukan turunnya kualitas sumber daya sehingga perlunya pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut yang tetap memperhatikan keseimbangan antara pemanfaatan dan kelestarian sumber daya objek dari kegiatan wisata dengan melakukan pengelolaan yang berkelanjutan. Tidak jauh berbeda, dengan berdasar pada defenisi ekowisata, Tuwo 2011 menyimpulkan bahwa ekowisata bahari merupakan wisata yang berbasis pada sumberdaya pesisir dan laut dengan meneyertakan aspek pendidikan dan interpretasi terhadap lingkungan alami dan budaya masyarakat dengan pengelolaan kelestarian ekosistem pesisir dan laut. Namun dalam hal ini konsep ekowisata yang diterapkan hanya mencakup daya dukung fisik dari daerah wisata. Wisata Selam Dunia selam awalnya merupakan salah satu rangkaian dari kegiatan olahraga, sehingga belum digunakan sebagai salah satu media untuk menikmati keindahan laut. Seiring perkembangannya kegiatan penyelaman mulai berubah fungsi menjadi kegiatan untuk menikmati keindahan bawah laut yang kemudian disebut wisata selam. Menurut Suhonggo 1998 dalam Santoso 1998 menyelam atau diving terbagi menjadi dua kategori yaitu skin diving atau scuba diving. Scuba diving adalah menyelam di dasar permukaan air sehingga kita dapat menikmati keindahan bawah air secara lebih dekat Suhonggo, 1998 dalamSantoso, 1998. Pada kegiatan wisata selam ada beberapa kategori yang harus diperhatikan untuk kelayakan suatu lokasi penyelaman yaitu, kecerahan perairan, tutupan komunitas karang, jenis karang, jenis ikan karang, kecepatan arus, dan kedalaman terumbu karang. Sedangkan untuk daya dukung wisata selam harus memenuhi luasan 2000 m2 untuk dua orang penyelam, dalam waktu 8 jam sehari Yulianda, 2007. Wisata Snorkeling Berbeda dengan selam scuba diving, Snorkeling skin diving diartikan sebagai salah satu jenis menyelam dibawah air menggunakan snorkel, alat khusus berupa pipa yang dihubungkan dengan udara yang membuat kita dapat bernapas di dalam air, dengan posisi kepala tetap di dalam air sambil menikmati keindahan yang berada di dasar Suhonggo, 1998 dalam Santoso 1998. Skin diving memiliki kriteria kelayakan suatu lokasi untuk dijadikan lokasi wisata selam, tidak jauh berbeda dengan kegiatan scuba diving, berupa kecerahan perairan, tutupan karang, jenis bentuk pertumbuhan karang lifeform karang, jenis ikan karang, kecepatan arus, dan kedalaman terumbu karang serta ditambahkan lebar hamparan dasar karang, sedangkan untuk memenuhi daya dukungnya, area yang harus tersedia untuk seorang pengunjung adalah 500 m2, dan waktu yang dibutuhkan dalam sehari 6 jamYulianda, 2007. BAB III Kesimpulan Terumbu karang mengandung berbagai manfaat yang sangat besar dan beragam, baik secara ekologi maupun ekonomi. Estimasi jenis manfaat yang terkandung dalam terumbu karang dapat diidentifikasi menjadi dua yaitu manfaat langsung dan manfaat tidak langsung. Manfaat dari terumbu karang yang langsung dapat dimanfaatkan oleh manusia adalah • sebagai tempat hidup ikan yang banyak dibutuhkan manusia dalam bidang pangan, seperti ikan, dan batu karang, • pariwisata, wisata bahari melihat keindahan bentuk dan warnanya. • penelitian dan pemanfaatan biota perairan lainnya yang terkandung di dalamnya. Sedangkan yang termasuk dalam pemanfaatan tidak langsung adalah sebagai penahan abrasi pantai yang disebabkan gelombang dan ombak laut, serta sebagai sumber keanekaragaman hayati. Saran Dalam menata sebuah kawasan menjadi tempat rekreasi, dibutuhkan inovasi baik itu infrastruktur bangunan seperti transportasi, hotel, juga keamanan dan kenyamanan para wisatawan. Miskin inovasi akan terasa sulit untuk memasuki bisnis rekreasi berbasis masyarakat dan ekologi. Bukan hanya bom inovasi, artinya bukan hanya sekali dibuat tapi berlaku untuk seterusnya berkelanjutan /sustainable. REFERENCE [1] Akbar, Aldino. 2006. Inventarisasi Pontensi Ekosistem Terumbu Karang UntukWisata Bahari Snokeling dan Selam di Pulau Kera, Pulau Lutung dan Pulau Burung di Kecamatan Sinjuk, Kabupaten Belitung. Institut Pertanian Bogor. Bogor. [2] Avery, T. Berlin, G. 1985. Fundamental of Remote Sensing and Air-Photo Interpretasion. Prantice Hall, inc. New York. [3] Bahar, Ahmad., Dan Rahmadi Tambaru. 2011. Analisis Kesesuaian dan Daya Dukung Kawasan Wisata Bahari di Kabupaten Polewali Mandar. Jurnal Wisata Bahari Polman. Polewli-Mandar. [4] Bengen, D. G. dan Retraubun, A. S. W. 2006. Menguak Realitas dan Urgensi Pengelolaan Berbasis Eko-sosio Sistem Pulau-Pulau Kecil. Pusat Pembelajaran dan Pengembangan Pesisir dan Laut P4L, Bogor. [5] Castro, P. dan Huber ME. 2005. Marine Biology Ed ke-5. Mc Graw Hill International. New York. [6] Ceballos, dan H. Lascurain. 1987. The future of ecotourism. Mexico Journal January, Mexico. [7] Clarke, K. C. 1997. Getting Started With Geographic Information Systems. Englewood Cliffs, New Jersey Prentice Hall. [8] Coral Reef Rehabilitation and Management Program Phase II COREMAP. 2009. Cerita Sukses COREMAP II Kabupaten Raja Ampat. Coral Reef Rehabilitation and Management Program Phase II COREMAP II Kabupaten Raja Ampat, Raja Ampat. [9] Dahuri, R., Rais J., dan Ginting 2004. Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. PT Paradya Paramitha. Jakarta. [10] English, S., C. Wilson, dan V. Baker. 1997. Survey Manual of Tropical Marine Resource. ASEAN-Australia Marine Science Project Living Coastal Resources. Australia. [11] FAO. 1981. A Frame for Land Evaluation. FAO and Agriculture Organization of The United Nastion. Roma. [12] Yapanto, Musa, 2018. Distribution of Seafood Production in Bajo Sector of Gorontalo Province Indonesia. International Journal of Innovative Science and Research Technology, 38. [13] Yapanto, L. M., & Olilingo, F. Z. 2020. The contribution of the fisheries and marine sectors to improving regional income. 2210, 1307–1321. [14] Muhaimin, A. W., Toiba, H., Retnoningsih, D., & Yapanto, L. M. 2020. The Impact of Technology Adoption on Income and Food Security Of Smallholder Cassava Farmers Empirical Evidence From Indonesia. 299, 699–706 [15] Setiawan, R., Pio, L., Cavaliere, L., Sankaran, D., Rani, K., Yapanto, L. M., Laskar, N. H., Raisal, I., Christabel, G. J. A., Setiawan, R., Petra, U. K., Airlangga, U., Pio, L., Cavaliere, L., & Foggia, U. Access to Financial Services and Women Empowerment, through Microfinance eligibility. 1, 841–859. [16] Yapanto, L. M., Tanipu, F., Paramata, A. R., & Actors, E. 2020. THE EFFECTIVENESS OF FISHERY COOPERATIVE INSTITUTIONS. 1725, 1329–1338. [17] Muhaimin, A. W., & Wijayanti, V. 2019. ANALYSIS OF MARKET STRUCTURE, CONDUCT AND PERFORMANCE OF CORN ZEA MAYS L. IN KEDUNG MALANG VILLAGE, PAPAR DISTRICT, KEDIRI REGENCY, EAST JAVA. International Journal of Civil Engineering and Technology IJCIET, 10, 10–16. [18] Yapanto, L. 2019. Marketing Efficiency of Sea Food Production in Bajo District Boalemo Province Gorontalo. 1985. [19] Muhaimin, A. W., Toiba, H., Retnoningsih, D., & Yapanto, L. M. 2020. The Impact of Technology Adoption on Income and Food Security Of Smallholder Cassava Farmers Empirical Evidence From Indonesia. 299, 699–706. [20] Yapanto, 2019. Marketing Efficiency of Sea Food Production in Bajo District Boalemo Province Gorontalo. 1985. [21] Yapanto, L. M., & Nursinar, S. Traditional Handline Fishing in Pohuwato Regency, Indonesia. 6, 24–30. [22] Sundram, S., Venkateswaran, P. S., Jain, V., Yu, Y., Yapanto, L. M., Raisal, I., Gupta, A., & Regin, R. 2020. The Impact of Knowledge Management on The Performance of Employees The Case of Small Medium Enterprises. Productivity Management, 251S, 554–567. [23] Yapanto, & Modjo, M. L. 2018. Assessing public awareness level on the preservation of coral reefs The case study in Biak Numfor, Papua, Indonesia. In Copyright EM International. [24] Baruadi, A. S. R., & Yapanto, L. M. 2020. Supporting the capacity of coastal areas in North Gorontalo District. 811, 1932–1941. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this publication. Lis M YapantoFachruddin Z Olilingo²North Gorontalo District has potential fisheries resources. But the contribution of the fishery against Gross Regional Domestic Product GRDP only of In general, this research aims to identify and analyze the fisheries sector's assistance in the economy, knowing the base's level and exploring the fishery economic typology. The methods used are secondary data analysis. Data analysis is an analysis of Shift Share analysis, Location Quotient LQ, and the Klassen Typology analysis. Amount of LQ, typology of the economic sector of fisheries obtained assistance based on prevailing. Constant prices put the fishing on order/rank fifth and sixth in the achieving of GRDP. The fisheries sector in Gorontalo Utara district is not a sector basis with patterns and economic structure growing with a condition relative's left behind. Five sub-districts became a priority and needed to be developed/ is the resource of the new economy, and the center of technology administration, the essence of corporate organizations. It was used as a method for generating sustainable economic gains and higher performance from the 1990s. It has now become a key asset to maintain profitable corporate advantages and a catalyst for sustained progress and innovation. Each corporation aims to expand and develop whether it is a small business or a large company so that the owners can return on their investment. This objective can be achieved by sustainably superior corporate efficiency. Several variables will affect the current economy's operational success, but information management is becoming more relevant. This paper is intended to summarize knowledge management, emphasizing the importance of this practice area and, on the other hand, presenting some case studies on how knowledge management from various industries is applied. Therefore, after analyzing many case studies where knowledge management is applied, we will explore the concept that knowledge management has significant consequences for an organisation's efficiency. We will continue Manuscript; Original published in Productivity management, 251S, GITO Verlag, P. 554-567, ISSN 1868-8519, 2020 555 by emphasizing organisations' general view, their current economy, the information management framework, and how it can be used in organizations. This is accompanied by an overview of information management instances applied and their effect on overall performance. Ultimately, our statement indicates that knowledge management has a positive impact on business aim of this study was to assess the level of public awareness on the importance of the coral reefs preservation in Biak Numfor, Province Papua, Indonesia. The study employed descriptive qualitative research method. Data collection techniques were using questionnaires and interviews as well as documents. The result of this study showed that the level of public awareness on the coral reefs preservation as follows 1 in the district of Oridek with a population of 4,665 people, there are 52% aware of the necessity to regulate the management of marine resources corals; 2 in district Amaindo population of 2,209 people the level of awareness was high with a total 18% concern that the need for regulation management of marine resources and Padaido counties with a population of 1,707 inhabitants that have high levels of awareness about the need to regulate the management of marine resource utilization by 15%, as well as in districts Biak East with a population of 6,698 inhabitants that has a level of consciousness should be setting the management of marine resources especially coral reefs by 15%. In terms of public knowledge about the things that destroy coral reefs for Aimando region has the highest percentage, namely 50% of people already know all that can damage coral reefs. While at the district level Aimando people to things that can damage coral reefs by 21%, then the district Padaido is about 16%, in East Biak district-level people's knowledge to cause damage to coral reefs by 13%. Oridek people in the region have a high level of awareness. With Coremap program impacts most notably the increased well-being of coastal communities. In order to maintain the balance and preservation of coral reefs need to pass a law governing regulation. Coremap existence needs to be continued in order to preserve the existence of coral reef ecosystems to sustain life aquatic purpose of this study is to analyze the relationship between adoption of new technologies, income and food security of small farmers in East Java. Data from a survey of 300 cassava farmers from three districts Malang, Blitar, and Trenggalek, East Java Province were analyzed to explain this problem. Matching tendency scores are used to analyze the impact of adoption of new technologies such as the selection of "Varieties Malang 4" cassava varieties for corn flour to affect income and food security in cassava farmers. The results of econometric analysis reveal that there is an impact on heterogeneity of adoption. We find that adoption has a positive effect on agricultural income and diversity of household diets. However, the adoption has a negative impact on smallholder management strategies for food insecurity. The results show that improving technology can improve the welfare of small farmers. Lis M YapantoFarid Th MusaThe research was conducted in Bajo Tilamuta Village, Boalemo District, Gorontalo Province. Marketing is one of the most important activities in marketing seafood in Bajo Village in Boalemo, because one of the factors that become a constraint is the availability of adequate infrastructure. In Bajo Lemito Village, Boalemo Regency has high potential for fishery such as; Cucumbers and Pearls of the Sea, Mabe, Japing. The purpose of this study is to study the economic situation in Bajo Tilamuta Village Boalemo District, living conditions of fishermen, production and marketing. The research method used is descriptive by using purposive sampling method that is direct sampling because it is known before the sample can represent population. While the data analysis using quantitative and qualitative methods. The qualitative method is to provide a discussion of quantitative data relating to the theoretical aspects and separated by categories to get conclusions. The results of this study provide information that the sea cucumber classified as having a good marketing efficiency and categorized into the marketing that has been efficient when marketing pearl shells, Mabe, marketing Japing not Lis Lis M YapantoThe study was conducted in Bajo Tilamuta Village, Boalemo District, Gorontalo Province. Marketing is one of the most important activities in marketing the existing seafood in Bajo Village in Boalemo, because one of the factors that become obstacle is the availability of adequate infrastructure. In Bajo Lemito Village, Boalemo Regency has potential for high value fishery such as; Sea Cucumbers and Pearls, Mabe, Japing. The purpose of this study is to study the state of the economy in the Village Bajo Tilamuta Boalemo district, living conditions of fishermen, production and marketing. The research method is descriptive by using purposive sampling method that is taking direct samples because it is known before that the sample can represent the population. While the data analysis using quantitative and qualitative methods. Qualitative method is to provide a discussion of quantitative data relating to theoretical aspects and separated by category to get conclusions. The results of the study provide information that the sea cucumber is classified as having a good marketing efficiency and categorized into the already efficient marketing while marketing pearl shells, Mabe, Japing marketing has not been Sahri Lis M YapantoThe research objective is to determine the coastal area's carrying capacity, which is the main focus of research. The research has been conducted for three months, starting from Juny 2020 to August 2020. The data needed in this study consists of primary data and secondary data. Primary data comes from information that supports the achievement of research objectives. Primary data can come from field information, community information, and documents relevant to the achievement of research objectives. Secondary data consists of data related to the management and utilization of coastal areas, traditional and modern, and various other relevant documents. Primary collected data by observations and field surveys, interviews with key informants, namely people recorded as having lived in coastal areas for a long time. The in-depth interview process carried out using an interview guide, which contains the informant's main things. Technical Sampling by Purposive Sampling, namely the area selected based on its ability to answer and provide information about the problem and research objectives. The area taken as the sample is because the researcher thinks that the coastal area has the information needed for his research. The number of samples taken was three districts from a homogeneous sub-district population. Analysis of the priority of coastal area development using an integrated approach This analysis will be carried out using the process hierarchy analysis AHP. The conclusion that fishing technology has not been able to maximize fisheries' full potential in marine areas. The government must immediatelybuilding infrastructure that supports downstreaming in coastal areas, encouraging increased capacity or volume of capture fisheries using fishermen's Pontensi Ekosistem Terumbu Karang UntukWisata Bahari Snokeling dan Selam di Pulau KeraAldino AkbarAkbar, Aldino. 2006. Inventarisasi Pontensi Ekosistem Terumbu Karang UntukWisata Bahari Snokeling dan Selam di Pulau Kera, Pulau Lutung dan Pulau Burung di Kecamatan Sinjuk, Kabupaten Belitung. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Istilahterumbu karang sendiri sangat jauh berbeda dengan karang terumbu, karena yang satu mengindikasikan suatu ekosistem dan kata lainnya merujuk pada suatu komunitas bentik atau yang hidup di dasar substrat. Berikut ini adalah definisi singkat dari terumbu, karang, karang terumbu, dan terumbu karang (lihat gambar 1). Terumbu Reef =
Pantai Tanjung Aan di Lombok. Foto Hallbergsf/ShutterstockPeningkatan aktivitas pariwisata dan ekonomi kreatif di Lombok, Nusa Tenggara Barat NTB, didorong untuk tetap harus selaras dengan penguatan kapasitas dan kapabilitas sumber daya manusia SDM.Penguatan ini khususnya harus terjadi di desa wisata sebagai penyangga kawasan salah satu dari 5 Destinasi Pariwisata Super Prioritas DPSP Pengembangan SDM Kemenparekraf Florida Pardosi mengatakan, penguatan kapasitas SDM sangat penting dalam upaya menghadirkan pelayanan prima bagi wisatawan khususnya dalam mewujudkan pariwisata yang berkualitas dan berkelanjutan."Bagaimana mempersiapkan masyarakat untuk menjadi tuan rumah yang baik di dalam penyelenggaraan pariwisata dan ekonomi kreatif. Sehingga masyarakat bisa berbuat sekaligus mendapatkan manfaat dari kegiatan pariwisata," kata Florida Pardosi dalam kegiatan "Sosialisasi Sadar Wisata di Desa Wisata Buwun Sejati, Lombok Barat, NTB, Rabu 7/6/2023.Direktur Pengembangan SDM Kemenparekraf Florida Pardosi. Foto KemenparekrafSebagai lokasi dari salah satu DPSP, perhatian pemerintah terhadap Mandalika dan NTB sangat besar. Mulai dari peningkatan infrastruktur hingga penyelenggaraan event dalam skala nasional maupun global. Beberapa di antaranya adalah MotoGP, MXGP, WSBK, dan lainnya. Semua program tersebut memberikan dampak turunan multiplier effect yang besar bagi misalnya memberikan dampak luar biasa terhadap sektor kuliner, transportasi, penginapan, hingga produk UMKM, dan lainnya. Berdasarkan data, MotoGP Mandalika pada tahun lalu memberikan nilai tambah ekonomi bagi ekonomi Indonesia sebesar Rp 4,5 kepuasan pengunjung atas penyelenggaraan MotoGP dengan berbagai rangkaiannya sebesar 88 persen dan mereka menyatakan akan kembali pada event berikutnya yang direncanakan akhir tahun "Sosialisasi Sadar Wisata di Desa Wisata Buwun Sejati, Kabupaten Lombok Barat, NTB, Rabu 7/6/2023. Foto KemenparekrafFlorida menjelaskan, hal ini yang menjadi dasar Sosialisasi Sadar Wisata kembali dilaksanakan di Lombok yang kali ini menyasar 8 lokasi. Selain Desa Buwun Sejati, ada Desa Senggigi dan Desa Meninting di Lombok Barat. Di Kabupaten Lombok Timur ada Desa Sekaroh dan Desa Seriwe, Kabupaten Lombok Utara ada Desa Pemenang Barat dan Desa Menggala, serta di Mataram di Kelurahan Tanjung program yang berlangsung selama dua hari pada 7-8 Juni 2023 itu, masyarakat diharapkan dapat menyiapkan desa wisata dalam menyambut wisatawan."Bagaimana kita bisa menjadi tuan rumah yang baik supaya wisatawan yang datang ke sini merasa puas, punya experience yang luar biasa karena di Lombok ini komplet. Ada laut, pegunungan, adventure, budaya, sports tourism. Apa yang kita miliki ini memang luar biasa sehingga harus kita jaga termasuk pelestariannya sehingga bisa memberikan manfaat buat kita semua," jelas Sadar Wisata menghadirkan narasumber dari akademisi juga praktisi di mana mereka akan memberikan deretan informasi terkait pentingnya pariwisata. Mulai dari nilai-nilai sapta pesona, pelayanan prima, serta standardisasi cleanliness, health, safety, serta enviromental sustainability CHSE.Kegiatan "Sosialisasi Sadar Wisata di Desa Wisata Buwun Sejati, Kabupaten Lombok Barat, NTB, Rabu 7/6/2023. Foto KemenparekrafSelain itu juga pengelolaan homestay, perencanaan bisnis, serta manajemen konflik yang menyesuaikan dengan kebutuhan desa wisata masing-masing."Berbagai modul ini kami harap dapat dipelajari dengan baik. Kita berbuat sekarang dari kita untuk kita dan oleh kita agar desa wisata bisa mandiri, bisa memberdayakan dirinya untuk melakukan penyelenggaraan pariwisata sehingga ekosistem yang berada di desa wisata bisa berjalan dengan baik," Dinas Pariwisata Kabupaten Lombok Barat, M. Fajar Taufik menyambut baik dukungan Kemenparekraf dalam penguatan sumber daya manusia khususnya di desa wisata. Desa wisata saat ini menjadi salah satu unggulan pihaknya dalam pengembangan pariwisata dan ekonomi kreatif."Dengan program desa wisata, tingkat kunjungan wisatawan terus meningkat. Terutama di tiga desa yang berhasil meraih penghargaan ADWI, seperti Desa Buwun Sejati, ekonomi masyarakat terjadi peningkatan," pun berharap peserta sosialisasi menyerap materi yang disampaikan dengan sebaik mungkin."Ini tanggung jawab kita bersama. Kalau kita ingin hidup lebih sejahtera, ingin banyak wisatawan datang ke sini, seluruh masyarakat yang ada di Desa Buwun Sejati harus memahami dan sadar tentang bagaimana kita menjaga tamu-tamu atau wisatawan yang datang ke desa," "Sosialisasi Sadar Wisata di Desa Wisata Buwun Sejati, Kabupaten Lombok Barat, NTB, Rabu 7/6/2023. Foto KemenparekrafTerpisah, Deputi Bidang Sumber Daya Kelembagaan Kemenparekraf Diah Martini Paham mengatakan, tantangan pariwisata saat ini yang harus sepenuhnya dapat diwujudkan pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif adalah tidak hanya peningkatan kunjungan wisatawan tapi juga kualitas itu, lanjutnya, sangat penting bagi masyarakat untuk mampu mengenali, mengembangkan, dan memasarkan potensi yang ada di daerahnya."Pelaku wisata diharapkan mampu meningkatkan kualitas kunjungan wisatawan dengan memperhatikan kebersihan dan kenyamanan selama kunjungan. Caranya adalah dengan memberi pelayanan prima sesuai dengan nilai Sapta Pesona aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah dan kenangan, memberikan pelayanan prima serta penerapan protokol CHSE," Sadar Wisata menjadi tahap awal rangkaian Program Kampanye Sadar Wisata yang telah berlangsung di 65 Desa Wisata sejak tahun 2022 lalu di 6 Destinasi Prioritas Pariwisata DPP dan dilanjutkan dengan 90 Desa Wisata pada tahun 2023 yang berfokus pada manusia people centered tourism untuk mengembangkan dan memperkuat ekosistem pariwisata dengan dukungan penuh Bank grup musik tradisional dalam acara penyambutan para tamu di Desa Wisata Bonjeruk, Lombok, NTB. Foto Aditia Noviansyah/kumparanMenparekraf Sandiaga Salahuddin Uno telah memastikan Kemenparekraf akan all out menumbuhkembangkan pariwisata dan ekonomi kreatif Indonesia yang maju, berdaya saing, berkelanjutan serta mengedepankan kearifan lokal yang ditopang dengan keberadaan SDM yang andal dan berdaya saing."Salah satunya melalui program Sosialisasi Sadar Wisata ini dalam menciptakan sumber daya manusia yang andal," kata target kinerja pariwisata dan ekonomi kreatif tahun ini meningkat dua kali lipat dibanding tahun lalu. Jumlah wisatawan mancanegara ditargetkan mencapai angka 8,5 juta dan pergerakan wisatawan nusantara sebesar 1,4 miliar. Target nilai devisa pariwisata tahun 2023 sebesar USD 2,07 miliar pada batas bawah dan USD 5,95 miliar pada batas Sandiaga Uno mengunjungi Desa Wisata Senaru, Bayan, Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat. Foto Kemenparekraf RINilai kontribusi PDB pariwisata sebesar 4,1 persen, serta ekspor produk ekonomi kreatif diperkirakan menembus USD26,46 miliar atau Rp 397,98 triliun. Untuk nilai tambah ekonomi kreatif ditargetkan mencapai Rp kinerja yang meningkat dua kali lipat itu diharapkan memberikan dampak yang besar kepada masyarakat dengan keberadaan lapangan kerja sebesar 22,4 juta di sektor pariwisata dan 22,29 juta di sektor ekonomi kreatif."Peran dari keberadaan SDM tentu sangat vital. Dengan semangat adaptasi, inovasi dan kolaborasi, Kemenparekraf akan terus menghadirkan program pemberdayaan masyarakat dengan pandekatan re-skilling, up-skilling dan new-sklling," ujar Sandiaga.
Teknologisudah sangat maju dan berkembang dalam Pelabuhan.Teknologi informasi sanagat menunjang sistem bongkar muat di pelabuhan. Port menggunakan mutakhir sistem dan teknologi untuk memantau dan mengontrol setiap aspek dari operasinya, mulai dari perencanaan meter kontainer dan kapal, untuk koordinasi gerakan dari ribuan kendaraan yang
Ekosistem terumbu karang merupakan ekosistem yang cukup produktif di wilayah pesisir . Bagi berbagai spesies ikan, terumbu karang merupakan tempat asuhan, tempat memijah dan tempat mencari makan. Bagi para wisatawan, terumbu karang merupakan daya tarik wisata karena keindahannya. Keberadaan terumbu karang juga berperan dalam melindungi wilayah pesisir dari terpaan badai. Akan tetapi terumbu karang juga merupakan ekosistem yang rentan terhadap kerusakan. Ketergantungan yang tinggi akan sumber daya laut mengakibatkan pemanfaatan yang berlebihan dan perusakan terumbu karang. Konflik tata ruang, pencemaran, pemanasan gobal, dan gempa tektonik menjadi faktor penyebab degradasi ekosistem pesisir, tidak terkecuali terumbu karang. Penyebab kerusakan ekosistem terumbu karang juga disebabkan oleh besarnya aktifitas manusia, kegiatan illegal fishing, kualitas perairan, sedimentasi dan kegiatan wisata bahari. Penangkapan ikan dengan cara-cara yang tidak ramah lingkungan seperti penggunaan trawl, bom, dan bius menyebabkan kerusakan terumbu karang secara massif. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free POTENSI SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN WPPNRI 572 Editor Prof. Dr. Ir. Sonny Koeshendrajana, Prof. Dr. Ir. I Wayan Rusastra, Prof. Dr. Ir. Mochamad Fatuchri Sukadi, POTENSI SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN WPPNRI 572 Prof. Dr. Ir. Sonny Koeshendrajana, Prof. Dr. Ir. I Wayan Rusastra, Prof. Dr. Ir. Mochamad Fatuchri Sukadi, Sinta Nurwijayanti, Permana Ari Soejarwo, Edwin Yulia Setyawan, Duwi Agus Prasetiawan, S. Tr. Anim Cetakan pertama, November 2019 xi + 248 hal AMAFRAD Press Gedung Mina Bahari III, Jl. Medan Merdeka Timur No. 16 Jakarta Pusat 10110 Telp 021-3519070 Fax 021 3513287 Email amafradpress Nomor IKAPI 501/DKI/2014 ISBN 978-623-7651-04-8 e-ISBN 978-623-7651-05-5 Hak Penerbitan © AMAFRAD Press i Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas ridho dan kemudahan-Nya, Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan BBRSEKP - Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan BRSDMKP dapat menghadirkan buku “Potensi Sumber Daya Kelautan dan Perikanan WPPNRI 572”. Buku ini merupakan hasil buah karya peneliti BRSDMKP yang membahas mengenai sintesa hasil riset terkait potensi dan pemanfaataan sumber daya kelautan dan perikanan. BBRSEKP menjadi koordinator dalam penyusunan buku ini untuk menunjang capaian kinerja strategis BRSDMKP dalam pengelolaan sumber daya yang bertanggung jawab dan berkelanjutan. Dalam buku ini termuat pembahasan mengenai aspek lingkungan, ekologi, teknologi penangkapan, ekonomi, dan sosial budaya dalam mendukung pemanfaatan dan pengembangan sumber daya perikanan WPPNRI 572. Materi yang terangkum dalam buku ini merupakan hasil riset dan kajian terkini yang telah dilakukan para peneliti BRSDMKP di wilayah perairan WPPNRI 572. Buku ini mencakup tiga dimensi utama, yaitu a Potensi sumber daya dan kondisi lingkungan; b Dinamika pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan, dan; c Sosial ekonomi nelayan dan kelembagaan pengembangan. Ketiga dimensi ini didukung oleh 16 makalah dengan sekuensi dan konektivitas yang terintegrasi untuk mendukung tema utama buku ini. Keragaan potensi sumber daya akan menentukan pola pengelolaannya dan pada akhirnya akan berdampak terhadap peningkatan produksi dan pendapatan nelayan. Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada Editor, Peneliti, dan Tim Editorial yang telah menyelesaikan pembuatan buku ini. Harapan kami, buku ini dapat bermanfaat bagi para pengambil kebijakan dan berkontribusi dalam akselerasi penyebarluasan hasil-hasil riset BRSDMKP. Jakarta, 2019 ii Tim Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Sonny Koeshendrajana, Prof. Dr. Ir. Ketut Sugama, Prof. Dr. Ir. Ngurah N. Wiadnyana, Prof. Dr. Ir. I Wayan Rusastra, Prof. Dr. Ir. Mochamad Fatuchri Sukadi, Dr. Ir. I Nyoman Suyasa, Dr-Ing. Widodo S. Pranowo, dan Dr. Singgih Wibowo, yang telah mengoreksi dan memberikan saran kepada Tim Penulis sehingga buku ini menjadi lebih sempurna dalam penyajian dan materi buku menjadi lebih baik. Ucapan terima kasih tak lupa Tim Penulis sampaikan juga kepada Kepala Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan BBRSEKP yang menjadi koordinator dalam penyusunan buku ini, Kepala Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan BBRP2BKP, Kepala Pusat Riset Perikanan Pusriskan, Kepala Pusat Riset Kelautan Pusriskel, dan Tim Editorial BBRSEKP yang telah membantu dalam penyusunan buku ini. iii KATA PENGANTAR ........................................................................................................................................... i UCAPAN TERIMA KASIH ................................................................................................................................ ii DAFTAR ISI ....................................................................................................................................................... iii DAFTAR TABEL ................................................................................................................................................ v DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................................................... viii 1. POTENSI DAN DINAMIKA PENGELOLAAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN PADA WPPNRI 572 .................................................................................................................................... 1 Oleh Sonny Koeshendrajana, I Wayan Rusastra, dan Mochamad Fatuchri Sukadi 2. BAHAN AKTIF DARI LAUT DI WPPNRI 572 POTENSI DAN PERSPEKTIF PENGEMBANGANNYA .......................................................................................................................... 13 Oleh Agus Heri Purnomo dan Sihono 3. KONDISI EKOSISTEM DAN PERSPEKTIF PENGEMBANGAN TERUMBU KARANG KEPULAUAN HINAKO, KABUPATEN NIAS BARAT - SUMATRA UTARA ................................... 23 Oleh Taslim Arifin dan Muhammad Ramdhan 4. KARAKTERISTIK PANTAI DAN KERENTANAN PESISIR SUMATRA BARAT ............................. 41 Oleh Tubagus Solihuddin, Ulung J. Wisha, Ruzana Dhiaduddin, Triyono, dan Hikmat Jayawiguna 5. PEMANFAATAN DATA DAN INFORMASI OSEANOGRAFI BAGI PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP BERKELANJUTAN DI WPPNRI 572 .......................................................... 55 Oleh Dian Novianto dan Muhammad Taufik 6. SITUS KAPAL TENGGELAM BERSEJARAH DAN PENGEMBANGAN WISATA BAHARI DI PESISIR DAN PULAU PULAU KECIL SUMATRA BARAT ................................................................ 63 Oleh Nia Naelul Hasanah Ridwan, Try Al Tanto, dan Ulung Jantama Wisha 7. TINGKAT ANCAMAN DAN KEARIFAN LOKAL MITIGASI GEMPA DAN TSUNAMI DI WPPNRI 572 .............................................................................................................................................. 85 Oleh Semeidi Husrin, Joko Prihantono, Wisnu Aria Gemilang, Gunardi Kusumah, dan Aprizon Putera 8. DINAMIKA POTENSI DAN PENGELOLAAN PERIKANAN PELAGIS DI WILAYAH PENGELOLAAN PERIKANAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA 572 ......................................... 111 Oleh Regi Fiji Anggawangsa, Ria Faizah, dan Ignatius Tri Hargiyatno 9. PERIKANAN KERAPU DAN KAKAP MERAH DI PERAIRAN SIBOLGA ...................................... 121 Oleh Ria Faizah, Regi Fiji Anggawangsa, dan Ignatius Trihargiyatno 10. POTENSI PENGEMBANGAN DAN DIVERSIFIKASI PRODUK OLAHAN RUMPUT LAUT DI PERAIRAN WPPNRI 572 ....................................................................................................................... 135 Oleh Sihono dan Agus Heri Purnomo 11. DUKUNGAN PROGRAM SKPT TERHADAP USAHA PERIKANAN TANGKAP DI KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI, SUMATRA BARAT ..................................................... 145 Oleh Risna Yusuf dan Nadia Permata Sari 12. DAMPAK IMPLEMENTASI PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NO. 71/2016 TENTANG JALUR DAN ALAT PENANGKAPAN IKAN TERHADAP USAHA PERIKANAN BAGAN PERAHU DI PROVINSI SUMATRA BARAT ................................................ 155 Oleh Rizki Aprilian Wijaya, Erfind Nurdin, dan Yayan Hikmayani iv 13. NELAYAN SKALA KECIL DI KOTA SIBOLGA KARAKTERISTIK DAN PERMASALAHANNYA DITINJAU DARI ASPEK SOSIAL EKONOMI ........................................... 169 Oleh Riesti Triyanti, Christina Yuliaty, dan Hakim Miftakhul Huda 14. KARAKTERISTIK DAN PENDAPATAN NELAYAN DI PULAU ENGGANO ................................. 179 Oleh Retno Widihastuti dan Rizky Muhartono 15. INFRASTRUKTUR DAN JARINGAN SOSIAL PERIKANAN WPPNRI 572 DI PERAIRAN ACEH........................................................................................................................................................ 191 Oleh Armen Zulham 16. PERSPEKTIF SOSIAL EKONOMI STOCKING LOBSTER KE PERAIRAN SIMEULUE DI WPPNRI 572 ............................................................................................................................................ 201 Oleh Armen Zulham , Nendah Kurniasari, dan Christina Yuliaty 17. PELUANG DAN TANTANGAN USAHA PERIKANAN DI SABANG BAGI PEREKONOMIAN KOTA SABANG ...................................................................................................................................... 215 Oleh Mira, Rani Hafsaridewi, dan Freshty Yulia Arthatiani 18. POTENSI DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN WPPNRI 572 KERAGAAN DAN PENGELOLAAN MENUJU PENINGKATAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN NELAYAN .................................................................................................................... 227 Oleh Sonny Koeshendrajana, I Wayan Rusastra, dan Mochamad Fatuchri Sukadi BIODATA EDITOR ......................................................................................................................................... 233 BIODATA PENULIS ....................................................................................................................................... 235 v Tabel Estimasi Potensi, Jumlah Tangkapan yang Diperbolehkan dan Tingkat Pemanfaatan Sumber Daya Ikan pada WPPNRI 572 Menurut KEPMEN KP Nomor 50 Tahun 2017 ................................. 3 Tabel Jenis Aktivitas dan Aplikasi Bahan Aktif Laut dari Rumput Laut di WPPNRI 572 Indonesia ........ 15 Tabel Bahan Aktif Laut dan Status Teknologi yang Telah Dihasilkan ....................................................... 17 Tabel Persentase Tutupan Substrat Dasar di Kepulauan Hinako - Nias Barat, 2015 .................................. 31 Tabel Matrik Kesesuaian Wisata Selam Kategori Objek Kapal Tenggelam .............................................. 72 Tabel Kesesuaian Wisata Diving Kapal Tenggelam di Kawasan Mandeh Tahun 2015 ............................. 74 Tabel Indeks Kesesuaian Wisata Selam Objek Kapal Tenggelam di Kawasan Mandeh tahun 2015 ......... 74 Tabel Beberapa Kejadian Gempa Bumi dan Tsunami Pasca Gempa Bumi dan Tsunami Aceh 2004 dengan Kekuatan Gempa Lebih Dari 6 di Sekitar Pulau Sumatra WPPNRI 572 Disarikan dari dan Sumber-Sumber Lainnya ............................................................... 91 Tabel Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumber Daya Ikan di WPPNRI 572, Indonesia, Tahun 2017 .. 112 Tabel Status Sumber Daya Perikanan Tuna Tropis dan Neritic Tuna di Perairan IOTC .......................... 115 Tabel Ukuran Panjang dan Berat Beberapa Jenis Kerapu dan Kakap Merah Hasil Tangkapan Pancing Ulur di Sibolga, 2014 ...................................................................................................................... 128 Tabel Ukuran Panjang Total TL Ikan Kerapu di Beberapa Lokasi di Indonesia ................................... 128 Tabel Perbandingan Musim Penangkapan Kerapu di Perairan Indonesia ................................................ 129 Tabel Perbandingan Musim Penangkapan Kakap Merah di Perairan Indonesia ...................................... 130 Tabel Parameter Mutu Natrium Alginat ................................................................................................... 137 Tabel Kegiatan Pengolahan Produk Rumput Laut yang Berasal dari WPPNRI 572 ................................ 138 Tabel Rekomendasi Teknologi yang Dihasilkan oleh BBRP2BKP .......................................................... 140 Tabel Identifikasi Kondisi Infrastruktur di Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat 2018 ........ 146 Tabel Estimasi Potensi Sumber Daya Ikan di WPPNRI 572, 2011 .......................................................... 147 Tabel Potensi dan Status Pemanfaatan Sumber Daya Ikan di WPPNRI 572, Tahun 2011 dan 2016 ....... 148 Tabel Produksi Ikan Pelagis di Perairan Pagai Utara, Kabupaten Kepulauan Mentawai, 2014 ............... 149 Tabel Produksi Ikan Demersal di Perairan Pagai Utara, Kabupaten Kepulauan Mentawai, 2014 ........... 149 Tabel Identifikasi Kondisi Infrastruktur Program SKPT di Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat, 2018 ...................................................................................................................................... 150 Tabel Sarana Prasarana Program SKPT Usaha Perikanan Tangkap di Kabupaten Kepulauan Mentawai, Provinsi Sumatra Barat ................................................................................................. 151 Tabel Jumlah Armada Kapal Perikanan Laut di Provinsi Sumatera Barat, 2015 ..................................... 158 Tabel Jumlah Nelayan di Provinsi Sumatra Barat Berdasarkan Kategori Nelayan, 2015 ........................ 158 Tabel Jumlah Alat Tangkap di Provinsi Sumatra Barat, 2015 .................................................................. 159 Tabel Kebutuhan Investasi Usaha Perikanan Bagan Perahu di Provinsi Sumatra Barat, 2017 Kapal ..................................................................................................................... 160 vi Tabel Biaya Tetap yang Dikeluarkan pada Usaha Perikanan Bagan di Provinsi Sumatra Barat, 2017 Kapal/Tahun .....................................................................................................161 Tabel Biaya Variabel Per Trip Operasi Penangkapan Ikan Menggunakan Alat Tangkap Bagan di Provinsi Sumatra Barat, 2017 .........................................................................................................161 Tabel Jumlah Penerimaan Armada Berdasarkan Komoditas Ikan dan Bulan di Provinsi Sumatra Barat, 2017 Per Unit Kapal ..........................................................................................................163 Tabel Prakiraan Keuntungan Usaha Perikanan Bagan pada Berbagai Simulasi di Provinsi Sumatra Barat, 2017 Per Unit Kapal ..........................................................................................................164 Tabel Struktur Biaya dan Tingkat Keuntungan Usaha Perikanan pada Armada Penangkapan Ikan dan kategori sesuai berkisar <1,5 atau <1. Kondisi Ekosistem dan Perspektif Pengembangan Terumbu Karang Kepulauan Hinako, Kabupaten Nias Barat - Sumatra Utara 26 Sumber BMKG, 2015. Gambar Informasi Tinggi Gelombang di Perairan Pulau Nias dan Sekitarnya pada Saat Survei tanggal 13 - 14 Mei 2015. Jenis batuan tektonik menjadi substrat dasar perairan di seluruh gugusan kepulauan Hinako. Jenis batuan tersebut menjadi dasar yang membentuk terumbu karang, sehingga hampir di seluruh pulau dapat ditemukan banyak terumbu karang. Menurut Shepard 1973, Kuenen 1960, Bird 1976 dan Mater & Bennet 1984 bahwa 75% dari seluruh terumbu karang terbentuk pada masa Pleistosen. Menurut Mather & Benneth 1984 saat itu terjadi "tectonic subsidence” penurunan lapisan kerak bumi di dasar samudra akibat letusan gunung berapi dan fluktuasi paras muka laut akibat terjadinya perubahan massa es mulai jaman Pleistosen hingga perioda resen yang mengakibatkan variasi pada kedalaman laut di sepanjang paparan kontinental continental shelf. Gempa tektonik yang terjadi akibat pergerakan lempeng bumi pada wilayah tersebut, mengakibatkan terjadinya pengangkatan up-lift pada daerah terumbu karang di gugusan Kepulauan Hinako Gambar Menurut Mustafa 2010, gempa Nias yang terjadi pada tanggal 28 Maret 2005 juga disebabkan oleh tumbukan lempeng India-Australia yang bergerak 6 -7 cm/tahun ke utara terhadap Eurasia. Pengulangan gempa Nias 1861 tidak menimbulkan tsunami karena episenternya tidak persis berada di daerah megathrust, serta kedalaman pusat gempa berada di ambang batas syarat untuk menimbulkan tsunami. Tektonik di Sumatra dikontrol oleh batas antara lempeng Indo-Australia dan lempeng Eurasia bagian tenggara. Lebih lanjut Harjono 1992, menyatakan bahwa sesar Sumatra memiliki aktivitas yang tinggi sementara Sesar Mentawai hanya sebagiannya saja yang memiliki aktivitas yang cukup tinggi. Sumber Dokumentasi Survei. Gambar Pengangkatan Up-Lift Batu Karang Akibat Gempa Tektonik pada Tahun 2004 di Kepulauan Hinako - Nias Barat. Taslim Arifin, Muhammad Ramdhan 27 Berdasarkan hasil survei, secara umum tipe karang di gugusan kepulauan merupakan tipe rgg reef karang tepi, dengan kondisi terumbu karang dalam kategori sedang di kisaran 30%-75% Gambar Terdapat 17 genus karang, yang didominasi oleh bentuk pertumbuhan bercabang branching/Acropora Gambar Untuk ikan karang yang berasosiasi dengan terumbu karang sebagai habitatnya, ditemukan beberapa jenis ikan target, ikan mayor, dan ikan indikator. Sumber Hasil Pengolahan Citra Satelit. Gambar Peta Sebaran Substrat Dasar Perairan Laut Terumbu Karang di Gugusan Kepulauan Hinako, Nias Barat, 2015. Sementara itu hasil survei yang dilakukan oleh Siringoringo et al. 2017, bahwa persentase tutupan karang hidup Kabupaten Nias Utara mengalami penurunan sebesar 2,49% dari tahun 2016 ke 2017. Pada tahun 2016 tutupan karang sebesar13,82% dan pada tahun 2017 tutupan karang sebesar 11,33%. Lebih lanjut Siringoringo et al. 2017, bahwa komunitas ikan terumbu karang di Nias Utara meningkat keanekaragaman jenisnya, untuk ikan indikator kepadatannya relatif stabil atau tidak mengalami perubahan, sedangkan kepadatan ikan target per hektar relatif stabil atau hanya mengalami sedikit penurunan, dan untuk biomassa ikan target per hektar mengalami penurunan, untuk ikan karnivor biomassa per hektar menurun sedangkan ikan herbivor naik. Pulau Hinako Kondisi Ekosistem dan Perspektif Pengembangan Terumbu Karang Kepulauan Hinako, Kabupaten Nias Barat - Sumatra Utara 28 Pulau Asu Pulau Imana Pulau Heruanga Taslim Arifin, Muhammad Ramdhan 29 Pulau Bawa Pulau Hamutala Pulau Langu Kondisi Ekosistem dan Perspektif Pengembangan Terumbu Karang Kepulauan Hinako, Kabupaten Nias Barat - Sumatra Utara 30 Pulau Begi Gambar Kondisi Terumbu Karang di Pulau Hinako, Pulau Asu, Pulau Imana, Pulau Heruanga, Pulau Bawa, Pulau Hamutala, Pulau Langu, Pulau Begi Gugusan Kepulauan Hinako – Nias Barat, 2015. Persentase tutupan substrat dasar dapat dilihat pada Gambar dan Gambar Rata-rata persentase pengamatan yang dilakukan di Gugusan Kepulauan Hinako, Kabupaten Nias Barat didapatkan bahwa persentase karang hidup hard coral sebesar kondisi ini termasuk ke dalam kategori baik 50-75%. Persentase karang mati yang sudah ditumbuhi alga dead coral with algae sebesar 39,59%, kondisi ini masih terbilang sedang tingkat kerusakan atau kematian karangnya. Pada pengamatan juga ditemukan patahan karang rubble, spons sponge, dan biota lain others dengan persentase yang sangat kecil di bawah 6%. Gambar Persentase Rata-Rata Tutupan Substrat Dasar di Kepulauan Hinako - Nias Barat, 2015.algae Taslim Arifin, Muhammad Ramdhan 31 Gambar Persentase Tutupan Substrat Dasar di Kepulauan Hinako - Nias Barat, 2015.Jika dilihat persentase tutupan substrat dasar pada setiap titik pengamatan, persentase karang hidup tertinggi ada di titik penyelaman Pulau Langu dengan nilai 75,3% Tabel Persentase karang hidup terendah ada pada Gosong Ujung dengan nilai 39,32% sehingga memiliki persentase karang mati yang tertinggi sebesar 59,18%. Persentase karang mati terendah berada di Pulau Langu hanya 18,9%. Tingkat patahan karang tertinggi berada pada titik penyelaman Pulau Asu 1 dengan nilai 6,36%. Tingginya persentase karang hidup di Pulau Langu diduga karena relatif masih kurangnya tekanan antropogenik. Hal tersebut diperkuat oleh Widayatun et al. 2007 bahwa Pulau Langu tidak ada pemukiman. Ekosistem terumbu karang merupakan ekosistem yang paling produktif secara biologis, namun juga merupakan ekosistem yang paling sensitif terhadap tekanan Birkeland, 1997. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Dedi & Arifin 2016 bahwa tekanan antropogenik yang terjadi pada perairan teluk Jakarta menyebabkan sistem metabolisme karang diperairan pulau-pulau kecil Teluk Jakarta terganggu. Tabel Persentase Tutupan Substrat Dasar di Kepulauan Hinako - Nias Barat, 2015. Selanjutnya Cleary et al. 2006 menyatakan bahwa semakin dekat dengan pantai Jakarta atau berada dalam wilayah Teluk Jakarta akan memiliki kondisi yang lebih buruk dibandingkan dengan terumbu karang yang terletak lebih jauh terutama akibat dampak aktivitas manusia. Selain faktor antropogenik, ekosistem terumbu karang juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan perairan. Tinggi rendahnya konsentrasi nitrat, fosfat, dan silikat di perairan dipengaruhi daratan yang menyumbangkan buangan organik yang berasal dari limbah pertanian, industri, dan rumah tangga melalui sungai yang mengalir ke perairan tersebut Meirinawati & Muchtar, 2017. Indeks Mortalitas Karang IMK merupakan nilai indeks tingkat kematian karang pada titik pengamatan yang dilakukan. Nilai indeks yang mendekati angka 1 menandakan bahwa tingkat kematian karang sangat tinggi dan sebaliknya, apabila nilai indeks mendekati angka 0 maka tingkat kematian karang rendah. Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan tingkat kematian karang tertinggi berada di titik penyelaman Gosong Ujung Pulau Hamutala dan Pulau Asu 1 dengan nilai 0,60 dan 0,59. Titik penyelaman 0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%100%GosongUjungPulau Asu1Pulau Asu2PulauBawaPulauLanguSpongeRubbleOthersDCAAbiotic Kondisi Ekosistem dan Perspektif Pengembangan Terumbu Karang Kepulauan Hinako, Kabupaten Nias Barat - Sumatra Utara 32 di Pulau Asu 2, Pulau Bawa dan Pulau Langu masih terbilang rendah tingkat kematian karang hidupnya Gambar Gambar Nilai Indeks Mortalitas Karang IMK di Kepulauan Hinako - Nias Barat, 2015. Kerusakan atau kematian karang di Kepulauan Hinako disebabkan oleh faktor antropogenik, khususnya di Gosong dan Pulau Asu. Menurut Widayatun 2017, pemakaian alat tangkap jaring besar, bom dan potas yang dilakukan oleh nelayan dari luar Kepulauan Hinako. Menurut Hadi et al. 2018, faktor anthropogenik lebih banyak mempengaruhi kondisi karang di Indonesia. Seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk, maka kebutuhan akan hasil laut dan pemanfaatan lahan pesisir akan meningkat dan hal ini akan mengancam eksosistem pesisir, termasuk terumbu karang. Terumbu karang dapat hidup subur pada perairan yang mempunyai kisaran suhu optimum antara 230C – 300C Nybakken, 1992, Sukarno et al., 1983. Menurut Carricart-Ganivert 2004 kenaikan suhu permukaan laut SPL dapat meningkatkan kalsifikasi karang sampai pada kecepatan tertentu, kemudian pertumbuhan kerangka akan menurun Tomascik, 1991. Sebaran intensitas kesehatan karang dipengaruhi oleh parameter lingkungan perairan. Lifeform atau bentuk pertumbuhan karang yang mendominasi di Gugusan Kepulauan Hinako didominasi oleh bentuk pertumbuhan bercabang coral branching dan karang meja coral tabulate Gambar Persentase dari kedua bentuk pertumbuhan tersebut memiliki nilai diatas 35% dari bentuk pertumbuhan yang ada di gugusan Kepulauan Hinako. Jumlah genus karang yang ditemukan sebanyak 17 genus karang dengan persentase genus tertinggi, yaitu Acropora dan Pocillopora Gambar Gambar Bentuk Pertumbuhan Karang pada Gugusan Kepulauan Hinako - Nias Barat, 2015. Ujung Pulau Asu 1 Pulau Asu 2 Pulau Bawa Pulau Langu05CB ACT ACB CM CE ACD CME CS CF CMR Taslim Arifin, Muhammad Ramdhan 33 Gambar Persentase Genus Karang yang Ditemukan di Kepulauan Hinako - Nias Barat, 2015.                   Berdasarkan pengamatan menggunakan metode Line Intercept Transect LIT dengan panjang transek yang dibentangkan, yaitu 50 meter. Pengamatan dilakukan di 5 titik yang mewakili 3 pulau dari 8 pulau yang ada di Gugusan Kepulauan Hinako, Kabupaten Nias Barat, yaitu Pulau Asu, Pulau Bawa, Pulau Langu, serta Gosong Ujung di Pulau Hamutala dan Pulau Begi Gambar Sebaran terumbu karang Kepulauan Hinako, menunjukkan bahwa Pulau Langu dan Pulau Asu memiliki nilai sebaran yang relatif lebih tinggi dibanding dengan pulau lainnya. Pulau Hinako       Persentase Kondisi Ekosistem dan Perspektif Pengembangan Terumbu Karang Kepulauan Hinako, Kabupaten Nias Barat - Sumatra Utara 34 Pulau AsuPulau ImanaPulau Heruanga Taslim Arifin, Muhammad Ramdhan 35 Pulau Bawa Pulau Hamutala Pulau Langu Kondisi Ekosistem dan Perspektif Pengembangan Terumbu Karang Kepulauan Hinako, Kabupaten Nias Barat - Sumatra Utara 36 Pulau BegiGambar Peta Kondisi Terumbu Karang di Gugusan Kepulauan Hinako – Nias Barat. Untuk mencegah semakin rusaknya terumbu karang, maka diperlukan pengelolaan terumbu karang. Pengelolaan ini pada hakekatnya adalah suatu proses pengontrolan tindakan manusia agar pemanfaatan terumbu karang dapat dilakukan secara bijaksana dengan mengindahkan kaidah kelestarian lingkungan. Salah satu konsep pengelolaan terumbu karang adalah menetapkan Kawasan Konservasi Laut Arifin, 2008 dan pariwisata bahari Parwinia & Arifin, 2010; Yulius et al. 2013; Arifin et al. 2002. Kawasan Konservasi Laut telah menunjukkan manfaat yang berarti berupa peningkatan biomas. Hasil studi Halpern 2003, menunjukkan bahwa secara rata-rata, kawasan konservasi telah meningkatkan kelimpahan abundance sebesar dua kali lipat, sementara biomas ikan dan keaneka ragaman hayati meningkat tiga kali lipat. Parwinia & Arifin 2010, menyatakan bahwa pemanfaatan KKL menjadi kawasan wisata dan kegiatan perikanan dapat memberikan manfaat ekonomi yang tinggi. Nilai ekologi-ekonomi untuk perubahan luasan KKL Selat Lembeh, menunjukkan bahwa semakin besar luasan KKL Selat Lembeh maka masing-masing nilai Effort open acces dan tangkap open acces menunjukkan penurunan, sedangkan nilai effort optimal tangkap optimal dan rente optimal tidak menunjukkan perubahan yang signifikan tetap. Adanya KKL Selat Lembeh dalam jangka panjang akan meningkatkan surpluls produsen Rp dikarenakan tersedianya stock perikanan yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa dampak "spill over" dari KKL Selat Lembeh dalam jangka panjang dapat mempengaruhi kesejahteraan nelayan karena ketersediaan stok dapat dijaga secara berkelanjutan. Keuntungan yang nyata telah dibuktikan di beberapa tempat di mana terumbu karang sudah dilindungi dengan baik, termasuk pada beberapa lokasi sebagai berikut Netherlands Antilles Taman Nasional Laut Bonaire, di mana pariwisata selam meningkat; the Seychelles Taman Nasional Laut Ste. Anne, di mana taman nasional digunakan baik oleh turis maupun penduduk setempat untuk berenang, berlayar, snorkeling, selam, dan perjalanan perahu beralas kaca; Fiji Tai Island, di mana hasil tangkapan nelayan kecil meningkat, kegiatan pariwisata berkembang pesat, dan pemegang hak penangkapan tradisional eksklusif dilibatkan dalam pengelolaan resort dan penyewaan perahu; Cozumel Island Mexican Caribbean di mana terjadi peningkatan jumlah wisatawan lokal dan manca negara yang datang untuk menyaksikan melimpahnya ikan-ikan karang; dan Kenya Taman Nasional dan Cagar Alam Malindi/Watamu, di mana pariwisata menghasilkan pendapatan melalui tiket masuk, biaya pemandu dan biaya kemping, penyewaan perahu dan peralatannya, serta hotel. Pada sisi lain, juga terjadi keuntungan Taslim Arifin, Muhammad Ramdhan 37 tidak langsung dengan adanya permintaan terhadap lapangan pekerjaan di hotel-hotel, sebagai pemandu dan pengemudi perahu McNeely et al., 1994. Konservasi memiliki banyak manfaat yang signifikan yang akan membantu pengelolaan sumber daya kelautan dalam jangka panjang. Li 2000 merinci manfaat kawasan konservasi laut sebagai berikut manfaat biogeografi, keanekaragaman hayati, perlindungan terhadap spesies endemic dan spesies langka, perlindungan terhadap spesies yang rentan dalam masa pertumbuhan, pengurangan mortalitas akibat penangkapan, peningkatan produksi pada wilayah yang berdekatan, perlindungan pemijahan, manfaat penelitian, ekoturisme, pembatasan hasil samping ikan juvenil uvenile by catch, dan peningkatan produktifitas perairan productivity enchanceent. Berdasarkan hasil survei terumbu karang yang dilakukan di kawasan Kepulauan Hinako, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut 1. Kondisi terumbu karang masih dalam kategori sedang – baik, pada kisaran persen tutupan 30% - 75%. 2. Kegiatan illegal fishing berupa penggunaan jaring besar, bom dan potas menjadi faktor penyebab utama kerusakan terumbu karang di wilayah Kepulauan Hinako, khsusnya di Go song Ujung dan P ulau Asu. 3. Berdasarkan tutupan dan kondisi terumbu karang, Pulau Langu dapat direkomendasikan sebagai kawasan konservasi laut daerah. Kontributor utama pada makalah ini adalah Taslim Arifin survei, analisis, interpretasi data dan penulisan makalah dan Muhammad Ramdhan survei dan analisis data. Kegiatan ini dibiayai dari DIPA Dinas Kelautan dan Perikanan DKP Kabupaten Nias Barat, 2015, Pemetaan Potensi Ekosistem Terumbu Karang di Kabupaten Nias Barat. Dilaksanakan melalui kerja sama riset dengan Pusat Penelitian Sumber Daya Laut dan Pesisir P3SDLP Balitbang Kelautan dan Perikanan KKP. Ucapan terima kasih kepada Kepala Dinas KP Kabupaten Nias Barat dan Kapus P3SDLP serta tim survei terumbu karang Dedi, M. Ramadhany dan Azhar Muttaqin atas kepercayaan dan kerja samanya pada kegiatan tersebut. Materi makalah ini adalah hasil analisis dan diskusi bersama dengan Dr. Syahrial Nur Amri Alm. Sebelum makalah ini diterbitkan Dr. Syahrial Nur Amri Alm meninggal dunia tanggal 13 Juli 2019 di Maros, Sulawesi Selatan, semoga almarhum mendapat tempat yang terbaik disisi-Nya. Arifin, T., Bengen, D. G., & Pariwono, J. I. 2002. Evaluasi Kesesualan Kawasan Pesisir Teluk Palu untuk Pengembangan Pariwisata Bahari. Jurnal Pesisir dan Lautan, Vol. 4 2 25-35. Arifin, T. 2008. Akuntabilitas dan Keberlanjutan Pengelolaan Kawasan Terumbu Karang di Selat Lembeh, Kota Bitung. Disertasi, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Birkeland, C. 1997. Life and Death of Coral Reefs. Ed. Chapman & Hall, New York, 535 pp. Bird, E. C. F. 1976. Coast; An Introduction to Systematic Geomorphology. Austra-lian National University Press 219 -243. Burke, L., Reytar, K., Spalding, M., & Perry, A. 2012. Menengok Kembali Terumbu Karang yang Terancam di Segitiga Terumbu Karang. World Resources Institute. Kondisi Ekosistem dan Perspektif Pengembangan Terumbu Karang Kepulauan Hinako, Kabupaten Nias Barat - Sumatra Utara 38 Burke, L., Selig, E., & Spalding, M. 2002. Terumbu Karang Yang Terancam di Asia Tenggara. World Resources Institute. Carricart-Ganivet, J. P. 2004. Sea Surface Temperature and the Growth of the West Atlantic Reef-Building coral Montastraea annularis. J. Exp. Mar. Biol. Ecol. 3022249-260. Cleary, D. F. R., Suharsono, & Hoeksema, B. W. 2006. Coral Diversity Across a Disturbance Gradient in the Pulau Serubu Reef Complex off Jakarta, Indonesia. Biodiversity and Conservation, 15 3,653-3,674. Dedi, & Arifin, T. 2016. Kondisi Kesehatan Karang di Pulau-Pulau Kecil Teluk Jakarta. Jurnal Kelautan Nasional, Vol. 11 3 175-187. Dedi, Zamani, N. P., & Arifin, T. 2016. Hubungan Parameter Lingkungan Terhadap Gangguan Kesehatan Karang di Pulau Tunda-Banten. Jurnal Kelautan Nasional, Vol. 11 2 105- 118. Dimas, R. R., Setiyono, H., & Helmi, M. 2015. Arus Geostropik Permukaan Musiman Berdasarkan Data Satelit Altimetri Tahun 2012-2013 Di Samudra Hindia Bagian Timur. Jurnal Oseanografi. Vol. 4 44 756 – 764. Online di Hadi, T. A., Giyanto, Prayudha, B., Hafizt, M., Budiyanto, A., & Suharsono. 2018. Pusat Penelitian Oseanografi - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia P2O-LIPI. 2018. Status Terumbu Karang Indonesia 2018. Hakim, L. A. F. 2007. Penentuan Zona Potensial Pariwisata Bahari di Pesisir Pantai Selatan Pulau Lombok, NTB dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis. Harjono, H. 1992. Laporan Penelitian Sumenta I, Geoteknologi LIPI. diakses tanggal 13 Mei 2015 , diakses tanggal 13 Mei 2015. Nova, S. A. R. 2017. Illegal, Unreported And Unregulated Fishing The Impacts And Policy For Its Completion In Coastal West Of Sumatra. Jurnal Hukum Internasiona, Vo. 14 No. 2 237-250. Diambil dari . Kuenen, H. 1960. Marine Geology. John Wiley & Sons. Inc. New York 423 -453. Li, Eric, A. 2000. Optimum Harvesting with Marine Reserves. North American Journal of Fisheries Management 20 882-896. Mather, P., & Benne'it, I. eds.. 1984. A Coral Reef Handbook. The Australian Coral Reef Society 4- 12. Meirinawati, H., & Muchtar, M. 2017. Fluktuasi Nitrat, Fosfat d an S ili kat di Per air an Pu lau Bi nta n. J urna l Segara 3 141-148. McNeely, J. A., Thorsell, J. W., Ceballos-Lascuráin. 1994. Guidelines Development of national parks and protected areas for tourism. 2nd edition. Published by the Neudecker, S. 1981. Growth and Survival of Scleractinian Corals Exposed to Thermal Effluents at Guam. Prociding 4th International Coral Reef Symposium, Manila, 1 173-180. Munyi, F. 2009. The Social And Economic Dimensions Of Destructive Fishing Activities In The South Coast Of Kenya. Report No Wiomsa/Marg-I/2009–01. Diambil dari Mustafa, B. 2010. Analisis Gempa Nias Dan Gempa Sumatera Barat Dan Kesamaannya Yang Tidak Menimbulkan Tsunami. Jurnal Ilmu Fisika JIF, VOL 2 1 44 – 50. Taslim Arifin, Muhammad Ramdhan 39 Natawijadja, D. H. 2007. Gempa bumi dan Tsunami di Sumatra dan Upaya untuk Mengembangkan Lingkungan Hidup yang Aman dari Bencana Alam. Diambil dari Nybakken, J. W. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Terj. dari Marine Biology An Ecological Approach, oleh Eidman, M., Koesoebiono., Bengen, D. G., Hutomo, M., Odum E. P. 1971. Fundamental of ecology 3rd Ed. W. B. Saunders Company. Philadelphia. 574 p. Parwinia & Arifin. 2010. Model Konvergensi dan Divergensi Pengelolaan Kawasan Konservasi di Selat Lembeh, Kota Bitung Provinsi Sulawesi Utara. Jurnal Segara, 2 93-100. Ramdhan, M., Husrin, S., Sudirman, N., & Altanto, T. 2012. Pemetaan Indeks Kerentanan Pesisir Terhadap Perubahan Iklim di Sumatra Barat dan Sekitarnya. Jurnal Segara 107-115. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Laut dan Pesisir, Jakarta. Shepard, F. P. 1973. Submarine Geology. Harper & Row Publisher 342 - 366. Siringoringo, R. H., Suharsono, Sari, N. W. P., Arafat, Y., Arbi, U. Y., Azkab, H., Dharmawan, I. W. E., Sianturi, O. R., & Anggraeni, K. 2017. Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Kabupaten Nias Utara. CRITIC COREMAP–CTI LIPI. Sukarno, Aziz, A., Darsono, Moosa, K., Hutomo, Martosewojo, & Romimohtarto, K. 1983. Terumbu karang di Indonesia Sumber daya, permasalahan, dan pengelolaannya. Proyek studi potensi sumber daya alam Indonesia. Studi Potensi Sumber Daya Hayati Ikan. Lembaga Oseanografi Nasional. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta. Suparno. 2013. Kajian Kesesuaian Perairan untuk Wisata Selancar di Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat. Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan, 31 Agustus 2013. Semnaskan_UGM/Sosial Ekonomi SE-02 Surving Time. 2005. Indo Surf magazine Vol 6 no 2 Achipelago Love Bali, Lombok, Sumbawa, and Timor. The Curf Legian, Bali. Tomascik, T. 1991. Coral Reef Ecosistem. Environmental Management Guidelines. Kantor Menteri Negara KLH. 166 Hal. Widayatun, Situmorang, A., & IGP Antariksa. 2007. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat dilokasi COREMAP II Kepulauan Hinako, Kabupaten Nias. CRITC – LIPI. Wilkinson, C., Souter, D., & Goldberg, J. 2016. Terumbu Karang di Negara-Negara yang Terkena Tsunami 2005. Australian Institute of Marine Science. Yulius, Y., Salim, H. L., Ramdhani, M., Arifin, T., & Purbani, D. 2013. Aplikasi Sistem Informasi Geografis dalam Penentuan Kawasan Wisata Bahari di Pulau Wangi-Wangi, Kabupaten Wakatobi. Globe Volume 15 2 129 – 136. Yang bertandatangan dengan judul Taslim Arifin & Pengembangan Terumbu Utara, dipublikasikan dalam Perikanan WPPNRI 572. ISBN 978-623-7651-04-8 e-ISBN 978-623-7651-05-5 Kedudukan Taslim Arifin adalahDemikian surat pernyataan ini – SURAT PERNYATAAN ini kami menyatakan bahwa publikasi , 2019. Kondisi Ekosistem dan PerspektifKarang Kepulauan Hinako, Kabupaten BUNGA RAMPAI Potensi Sumber Dayasebagai kontributor utama. buat dengan sebenarnya. Jakarta, 30 Desember Yang menyatakan, Kelautan, - KKP Peneliti Pusat Riset BRSDMKP - KKP bersama - Sumatra Kelautan dan 19 – ResearchGate has not been able to resolve any citations for this MeirinawatiMuswerry MuchtarPulau Bintan di Provinsi Kepulauan Riau merupakan wilayah perairan yang diandalkan sebagai penghasil bahan tambang bauksit, penghasil komoditas perikanan dan sebagai daerah wisata yang banyak dikunjungi oleh wisata baik lokal ataupun mancanegara. Wilayah pesisir dan sumber daya yang dimiliki Pulau Bintan merupakan kontributor penting untuk pembangunan ekonomi dan kualitas hidup sehingga perlu dikelola dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi perairan Bintan ditinjau dari kandungan nitrat, fosfat, dan silikat pada dua musim yang berbeda yang nantinya dapat digunakan oleh pemerintahan setempat dan instansi terkait dalam mengembangkan dan mengelola perairan kawasan perairan Pulau Bintan. Pengambilan sampel untuk penelitian nutrien nitrat, fosfat, dan silikat di perairan timur Kepulauan Bintan telah dilakukan di 27 titik lokasi pada April dan Agustus 2014. Konsentrasi nutrien berfluktuasi pada April dan Agustus. Nilai rata-rata kosentrasi nitrat, fosfat, dan silikat pada April berturut-turut yaitu 0,0510 ± 0,0014 mg/L, 0,0050 ± 0,0026 mg/L dan 0,2660 ± 0,1655 mg/L. Konsentrasi rata-rata nitrat, fosfat, dan silikat pada Agustus berturut-turut yaitu 0,0260 ± 0,0104 mg/L, 0,0160 ± 0,0091 mg/L dan 0,057 ± 0,035 mg/L. Konsentrasi nitrat, fosfat, dan silikat di perairan Bintan termasuk dalam kategori BME menunjukkan adanya peningkatan pendapatan masyarakat. Pendapatan rumah tangga di Kepualuan Hinako naik dari Rp pada tahun 2007 menjadi Rp pada tahun 2009. Sedangkan pendapatan per-kapita penduduk pada tahun 2007 sebesar Rp naik menjadi Rp pada tahun 2009. Pendapatan rumah tangga dari kegiatan kenelayanan juga mengalami peningkatan dari Rp menjadi Rp Kenaikan pendapatan ini lebih dikarenakan oleh ketersediaan sumber daya alam dan bagaimana cara masyarakat mengolah dan menggunakannya untuk memperoleh penghasilan melalui usaha pertanian dan perikanan tangkap. Hal ini dikarenakan intervensi yang sifatnya memberdayakan perekenomian masyarakat melalui penyaluran dana bergulir yang dilakukan oleh pemerintah dan non — pemerintah belum banyak dilaksanakan di wilayah ini. Selain itu, sumber pendapatan dari sektor lainnya perdagangan dan jasa di Kepulauan Hinako belum berkembang. Pengaruh program dan kegiatan COREMAP terhadap peningkatan pendapatan rumah tangga belum ada. Hal ini terkait dengan belum terlaksananya kegiatan mata pencaharian alternatif melalui penyaluran dana bergulir kepada masyarakat. Kegiatan COREMAP lainnya yang diharapkan secara tidak langsung berpengaruh terhadap pendapatan masyarakat, seperti pembangunan fasilitas desa villae grant juga belum MustafaWilayah Sumatera Barat memiliki tingkat seismisitas yang tinggi. Konvergensi oblique dari lempeng Indo-Australia terhadap Eurasia yang menunjam di bawah Sumatera menghasilkan potensi gempa dangkal dan sedang di wilayah muka busur fore-arc Sunda. Potensi gempa juga berada di darat sepanjang patahan Sumatera serta di laut sepanjang patahan Mentawai. Di wilayah muka busur diketahui adanya potensi gempa besar yang berpotensi tsunami. Hasil penelitian terhadap pertumbuhan mikroatol di kepulauan Mentawai menunjukkan bahwa periode ulang gempa besar di Mentawai adalah sekitar 200 tahun Hilman, 2005. Namun tidak semua pengulangan gempa besar di daerah fore-arc ini menimbulkan pengulangan tsunami. Data menunjukkan bahwa gempa Nias 28 Maret 2005 8,7 SR dan gempa Sumatera Barat 30 September 2009 7,9 SR sama-sama tidak menimbulkan tsunami. Salah satu kemungkinan sebabnya adalah episenternya tidak berada di daerah megathrust. Suparno SuparnoKabupaten Kepulauan Mentawai adalah salah satu destinasi obyek wisata selancar yang bertaraf Internasional di Indonesia dan mempunyai potensi untuk dikembangkan. Penelitian bertujuan menganalisa kesesuaian perairan wisata selancar berdasarkan kondisi parameter fisika perairan dan mengetahui karakteristik wisata selancar di Kabupaten Mentawai. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey.. Analisa yang digunakan adalah analisa kesesuaian lahan wisata selancar dengan melihat kondisi tinggi gelombang, jenis pecah gelombang, dan jarak daerah pecah gelombang dari pantai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 39 lokasi yang sangat sesuai tersebar di perairan Pulau Siberut, Pulau Sipora, Pulau Pagai Utara dan Pulau Pagai Selatan. Ratarata tinggi gelombang berkisar antara 3- meter. Dua jenis tipe pecah gelombang yaitu colapsing dan plunging adalah tipe yang dianggap paling sesuai untuk kegiatan selancar. Nama selancar yang terkenal dan bertaraf internasional adalah Lanches Right di Katiet Pulau Sipora dan Maccaronies di Silabu Pulau Pagai Utara. Musim puncak selancar antara bulan April- Agustus yang dipengaruhi oleh angin peralihan musim timur dan musim timur. Juan P. Carricart-GanivetRelationships were analyzed between sea surface temperature SST and annual growth characteristics density, extension rate and calcification rate of the Caribbean reef-building coral Montastraea annularis. Colonies were collected from 12 localities in the Gulf of Mexico and the Caribbean Sea. Two well-separated relationships were found, one for the Gulf of Mexico and the other for the Caribbean Sea. Calcification rate and skeletal density increased with increasing SST in both regions, while extension rate tended to decrease. Calcification rate increased ∼ g cm−2 year−1 for each 1 °C increase in SST. Zero calcification was projected to occur at °C in corals from the Gulf of Mexico and at °C in corals from the Caribbean Sea. The 24 °C annual average SST isotherm marks the northern limit of distribution of M. annularis. Montastraea annularis populations of the Gulf of Mexico are isolated from those of the Caribbean Sea, and results indicate that corals from the Gulf of Mexico are adapted to growth at lower minimum and average annual SST. Corals from both the Gulf of Mexico and the Caribbean Sea, growing at lower SSTs and having lower calcification rates, extend their skeletons the same or more than those growing at higher SSTs. They achieve this by putting more of their calcification resources into extension and less into thickening, by sacrificing A. L. LiThe optimum harvest fishery is modeled as a perpetual annuity investment with a sudden and total stock collapse governed by a Poisson process in a linearly homogeneous harvest production model. The traditional economic harvesting models, which use harvest effort as the only control variable to maximize seasonal harvest profit, are extended to include reserve size as a second control variable to maximize total fishery value present and future potential harvest profits. As insurance against the risk of a stock collapse at the expense of lower seasonal harvest profits, the optimal size of a marine reserve can achieve the most common management objectives of lowering harvest output, increasing the sustained stock, and decreasing the catch rate. As a management tool, an optimal size reserve can also make fishery management errors more tolerable and less costly. A stylized fishery is included to give a quantitative demonstration.
engunjungiKabupaten Aceh Singkil berarti anda akan mengunjungi beberapa tempat yang sangat indah. Di Aceh Singkil terdapat banyak tempat wisata mulai dari Pantai, pulau, air terjun sampai pemandangan terumbu karang, dengan potensi tempat wisata yang sangat beragam seperti itu seharuanya Aceh Singkil dapat menarik banyak wisatawan, namun masalah klasik (kurangnya
Terumbu Karang adalah Hidupan Laut yang Penting Terumbu karang adalah salah satu keajaiban alam bawah laut yang sangat menakjubkan. Terumbu karang yang indah dan sehat merupakan rumah bagi berbagai jenis biota laut yang mengagumkan. Namun, keberadaannya seringkali terancam oleh kegiatan manusia, seperti pencemaran dan pemanasan global. Padahal, terumbu karang memiliki peranan yang sangat penting dalam pengembangan sektor, terutama sektor pariwisata. Potensi Wisata dari Terumbu Karang Terumbu karang yang indah dan sehat merupakan daya tarik wisata yang sangat besar. Banyak wisatawan yang datang ke daerah-daerah pantai untuk melihat langsung keindahan terumbu karang. Di Indonesia sendiri, terdapat beberapa daerah yang terkenal dengan keindahan terumbu karangnya, seperti Bali, Wakatobi, dan Raja Ampat. Potensi wisata dari terumbu karang sangat besar, sehingga dapat memberikan kontribusi yang signifikan bagi perekonomian daerah. Terumbu Karang sebagai Habitat Satwa Laut Terumbu karang juga memiliki peranan yang sangat penting sebagai habitat satwa laut. Banyak jenis biota laut yang hidup di dalam terumbu karang, seperti ikan, udang, kepiting, dan banyak lagi. Kehadiran terumbu karang yang sehat dan indah dapat menarik berbagai jenis satwa laut yang indah dan mengagumkan. Hal ini dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan yang ingin melihat satwa laut secara langsung di alam liar. Terumbu Karang sebagai Penyeimbang Ekosistem Laut Terumbu karang juga memiliki peranan yang sangat penting sebagai penyeimbang ekosistem laut. Terumbu karang yang sehat dan indah dapat membantu menjaga keseimbangan populasi satwa laut. Selain itu, terumbu karang juga dapat membantu mengurangi dampak buruk dari pemanasan global dan pencemaran laut. Dengan menjaga keberadaan terumbu karang yang sehat, maka ekosistem laut dapat tetap seimbang dan berkelanjutan. Kesimpulan Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa keberadaan terumbu karang yang indah sangat penting dalam pengembangan sektor, terutama sektor pariwisata. Terumbu karang memiliki potensi wisata yang besar, serta peranan yang penting sebagai habitat satwa laut dan penyeimbang ekosistem laut. Oleh karena itu, kita semua harus menjaga keberadaan terumbu karang yang sehat dan indah agar dapat memberikan manfaat yang besar bagi kehidupan manusia dan alam. FAQ 1. Apa itu terumbu karang? Terumbu karang adalah salah satu keajaiban alam bawah laut yang terdiri dari kumpulan karang dan organisme laut lainnya. 2. Apa manfaat terumbu karang? Terumbu karang memiliki potensi wisata, peranan penting sebagai habitat satwa laut, dan sebagai penyeimbang ekosistem laut. 3. Apa saja daerah di Indonesia yang terkenal dengan keindahan terumbu karangnya? Bali, Wakatobi, dan Raja Ampat merupakan beberapa daerah di Indonesia yang terkenal dengan keindahan terumbu karangnya. 4. Apa yang menjadi ancaman terbesar bagi keberadaan terumbu karang? Pencemaran dan pemanasan global merupakan ancaman terbesar bagi keberadaan terumbu karang. 5. Apa yang dapat kita lakukan untuk menjaga keberadaan terumbu karang? Kita dapat menjaga lingkungan sekitar terumbu karang agar tetap bersih dan sehat, serta mengurangi dampak buruk dari pemanasan global dan pencemaran laut.
Danhal yang sangat penting adalah memperkuat kaderisasi dan berbagai perangkat yang mendukungnya, membangun saluran yang efektif dalam berkomunikasi (termasuk dalam bersyuro’!), serta berani untuk menegakkan
Terumbu karang merupakan ekosistem marine berupa masif kalsium karbonat CaCO3. Terumbu karang sebagian besar terdapat di triangle coral reef yaitu di perairan Indo-Pasifik salah satunya di kepulauan Indonesia. Oleh karena itu, terumbu karang adalah kekayaan hayati Indonesia yang harus tetap dijaga. Hal ini menjadi sumber inspirasi dalam mewujudkan ide dan gagasan, sehingga tertuang ke dalam bentuk karya keramik hias. Proses penciptaan karya keramik ini mengadaptasi dari metode perancangan SP. Gustami 2004. Tahap pertama adalah ekplorasi mencangkup meditasi, penelusuran, pengalian, pengumpulan data dan referensi mengenai sumber ide tentang terumbu karang di Indonesia. Tahap kedua meliputi 1 perencanaan, melakukan eksplorasi bentuk dan teknik; 2 visualisasi gagasan, menjadikan sketsa terpilih sebagai bentuk model prototipe. Tahap ketiga meliputi 1 perwujudan, melakukan pengembangan/ penyempurnaan sketsa terpilih yang akan digunakan sebagai rekabentuk dalam proses berkarya; 2 mengadakan penilaian dan evaluasi hasil karya. Hasil karya yang divisualisasikan sebanyak 7 karya seni keramik dengan bentuk 2 dimensi relief dan 3 dimensi. Diharapkan dengan penciptaan ini menjadi referensi masyarakat mengenai mengembangkan sektor alam sebagai sumber inspirasi produk kerajinan khas daerah pesisir Indonesia, serta membantu kecintaan masyarakat terhadap terumbu karang dan konservasi terumbu karang di Indonesia. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Journal of Art, Design, Art Education And Culture Studies JADECS, Vol 3 No. 2 - November 2018 e-ISSN 2548-6543 59 TERUMBU KARANG SEBAGAI IDE INSPIRASI PEMBUATAN KERAJINAN KERAMIK HIAS Febriari1, Ponimin2 Program Studi Pendidikan Seni Rupa, Jurusan Seni dan Desain, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang Jl. Semarang No. 5, Malang, Jawa Timur 65145, Indonesia. Email Abstract Coral reefs are marine ecosystems in a form of massive calcium carbonate CaCO3. Most are inhabiting the triangle coral reef in Indo-Pacific ocean that one of which is in the Indonesian archipelago. Therefore, coral reefs are Indonesia's biological riches that must be maintained. This is a source of inspiration that is embodied in the form of ornamental ceramic. The process of creating this ceramic art is adapted from the design method created by Gustami 2004. The first stage is exploration that includes meditation, tracing, data collection, and reference on the source of ideas about coral reef representation in Indonesia. The second stage is 1 planning, exploring the forms and techniques; 2 visualization of ideas, making sketches selected as models prototype. The third stage is, 1 the embodiment, undertake the development/ refinement of selected sketches that will be used as recabinance in the process of work; 2 perform assessment and evaluation of the work. The work is visualized as many as 7 works of ceramic art with 2 dimensional relief and the 3 dimension. It is hoped that this creation will become a community's reference to develop the natural sector as a source of inspiration for craft products typical of coastal areas of Indonesia, as well as to help a community's love of coral reefs and coral reef conservation in Indonesia. Key Words coral reef, inspiration, ornamental ceramic Abstrak Terumbu karang merupakan ekosistem marine berupa masif kalsium karbonat CaCO3. Terumbu karang sebagian besar terdapat di triangle coral reef yaitu di perairan Indo-Pasifik salah satunya di kepulauan Indonesia. Oleh karena itu, terumbu karang adalah kekayaan hayati Indonesia yang harus tetap dijaga. Hal ini menjadi sumber inspirasi dalam mewujudkan ide dan gagasan, sehingga tertuang ke dalam bentuk karya keramik hias. Proses penciptaan karya keramik ini mengadaptasi dari metode perancangan SP. Gustami 2004. Tahap pertama adalah ekplorasi mencangkup meditasi, penelusuran, pengalian, pengumpulan data dan referensi mengenai sumber ide tentang terumbu karang di Indonesia. Tahap kedua meliputi 1 perencanaan, melakukan eksplorasi bentuk dan teknik; 2 visualisasi gagasan, menjadikan sketsa terpilih sebagai bentuk model prototipe. Tahap ketiga meliputi 1 perwujudan, melakukan pengembangan/ penyempurnaan sketsa terpilih yang akan digunakan sebagai rekabentuk dalam proses berkarya; 2 mengadakan penilaian dan evaluasi hasil karya. Hasil karya yang divisualisasikan sebanyak 7 karya seni keramik dengan bentuk 2 dimensi relief dan 3 dimensi. Diharapkan dengan penciptaan ini menjadi referensi masyarakat mengenai mengembangkan sektor alam sebagai sumber inspirasi produk kerajinan khas daerah pesisir Indonesia, serta membantu kecintaan masyarakat terhadap terumbu karang dan konservasi terumbu karang di Indonesia. Kata kunci terumbu karang, inspirasi, keramik hias Febriari, Ponimin TERUMBU KARANG SEBAGAI IDE INSPIRASI PEMBUATAN KERAJINAN KERAMIK HIAS 60 Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia, sehingga memiliki keanekaragaman hayati dan nonhayati kelautan terbesar terutama terumbu karang. Terumbu karang adalah ekosistem marine yang unik, kompleks serta tinggi prokduktivitas sehingga menjadikan terumbu karang sebagai tempat tumbuh dan berkembangbiaknya kebanyakan ikan dan biota yang ada di i perairan, serta secara fisik fungsi terumbu karang adalah penahan abrasi pantai, pemecah gelombang dan lain sebagainya. Terumbu karang memiliki nilai estetik yang tinggi yang dapat digunakan sebagai pengembangan bidang seni, budaya dan sektor wisata bahari marine tourism. Hal tersebut menjadikan inspirasi penulis untuk dikembangkan menjadi penyusunan gagasan penciptaan kerajinan keramik hias, yang bersumber dari keindahan terumbu karang di Indonesia. Keramik merupakan produk kerajianan yang digunakan sebagai benda funsional yakni, pelengkap perabot rumah tangga dan lain sebgaianya yang telah ada sejak dulu, hingga berkembang menjadi salah satu media ekspresi dalam karya seni saat ini. Keramik sendiri di Indonesia merupakan produk lokal yang dapat ditingkatkan produktifitasnya, baik dalam produk keramik sebagai benda fungsional maupun sebagai benda hias. Indonesia memiliki beberapa daerah sebagai pusat kerajinan keramik diantaranya, keramik Plered Purwakarta, Jawa Barat, keramik Kasongan Yogyakarta, keramik Dinoyo Malang, Jawa Timur, keramik Pulutan Minahasa, Sulawesi Utara dan lain sebagainya Ponimin, 2018. Oleh karena itu keramik dipilih karena banyaknya pusat kerajinan keramik di Indonesia, serta dengan menginspirasi terumbu karang sebagai ide pembuatan, diharapkan menjadikan produk kerajinan keramik hias yang dapat menciri khaskan Indonesia sebagai negara bahari. Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan di atas, maka dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut 1. Mengapa terumbu karang diangkat sebagai ide pembuatan keramik hias berkarakter kearifan lokal. 2. Bagaimana pengolahan sumber ide terumbu karang dalam pembuatan kerajinan keramik hias berkarakter kearifan lokal. 3. Bagaimana hasil proses kreatif terumbu karang sebagai ide dalam kerajinan keramik hias. Tujuan-tujuan serta kebermanfaatan hendak dicapai dalam penciptaan ini diantaranya adalah 1. Mampu memaparkan hasil kajian terumbu karang Indonesia, sebagai sumber ide kerajinan keramik hias berkarakter kearifan lokal. 2. Mampu menjelaskan pengolahan sumber ide berupa konsep dan mengungkapkannya melalui proses kreatif kerajinan keramik hias berkarakter kearifan lokal. 3. Mampu menjelaskan hasil proses kreatif terumbu karang sebagai sumber ide pembuatan kerajinan keramik hias berkarakter kearifan lokal. Manfaat hasil proses kreatif ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan terhadap pihak-pihak terkait seperti pengerajin keramik maupun masyarakat luas, agar lebih mengembangkan sektor alam sebagai sumber inspirasi produk kerajinan yang memiliki karakter kearifan lokal Indonesia sebagai negara bahari. Mengingat selama ini produk kerajinan keramik memiliki kecenderungan bentuk-bentuk pottery tembikar, bentuk-bentuk hewan seperti ikan, burung, singa dan lainnya, tumbuhan seperti bunga, rerumputan dan lainya maupun karakter manusia. Metode yang lebih sesuai sangat diharapkan untuk mendaptakan bentuk-bentuk kerajinan keramik hias yang memiliki karakter kearifan lokal serta memiliki nilai artistik. Aspek kognisi sebagai hal utama dalam proses kreatif ini juga memperhatikan kepekaan dan kemampuan artistik dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip desain produk Sachari, 1989; 55. KAJIAN TEORITIS Terumbu Karang Pemicu Ide Kreatif berkarya keramik. Terumbu karang merupakan hewan laut yang bersimbiosis dengan alga Journal of Art, Design, Art Education And Culture Studies JADECS, Vol 3 No. 2 - November 2018 e-ISSN 2548-6543 61 Zooxanthellae, Guntur 2011 6 menyatakan bahwa, Terumbu karang terbentuk dari endapan-endapan masif kalsium karbonat CaCO3 dari organisme-organisme laut. Sebagian besar terumbu karang tersusun dari ordo karang keras Scleractinia, karang lunak Stolonifera, karang filum Coelenterata serta beberapa alga seperti koralin, alga hijau jenis Halimeda dan organisme lainnya. Pertumbuhan terumbu karang banyak terdapat di segitiga terumbu karang triangle coral reefs yaitu, di perairan Indo-Pasifik yang mencangkup kepulauan Filipina, kepulauan Indonesia, Papua dan bagian utara Australia dengan jumlah 50 genera dan 700 spesies. Di Indonesia sendiri terdapat 400 spesies terumbu karang dari total yang ada di perairan Indo-Pasifik dengan diantaranya merupakan katagori terumbu karang langkah yaitu, spesies Endangered. Guntur 2011 33 menyatakan bahwa, terdapat enam jenis terumbu karang yaitu, bentuk bercambah Branching, bentuk padat Massive, bentuk jamur Mushroom, bentuk kerak Enrusting, serta bentuk meja Tabulate. Jenis-jenis terumbu karang dalam proses pembentukan digolongkan menjadi empat kelompok berdasarkan fungsinya yaitu hermatype-symbionts, hermatype-asymbionts, ahermatypes-symbionts, dan ahermatypes-asymbionts Guntur, 2011 31-47. Proses kreatif dalam pembuatan terumbu karang sebagai ide inspirasi kerjinan keramik hias yang berkarakter kearifan lokal ini, penulis lebih kepada mengambarkan kerajinan keramik dalam bentuk objek terumbu karang yang banyak dijumpai di Indonesia seperti jenis branching, massive, mushroom, enrusting, tabulate dan tidak terkecuali dengan biota-biota laut lainya yang melekat pada terumbu karang seperti udang, kepiting, alga, lumut dan lain sebagainya. Keramik merupakan produk budaya serta sarana yang memiliki peran yang begitu penting sehingga memperoleh suatu hubungan dimasa lalu. Sebagai produk materi, keramik dapat dipandang sebagai objektivitas ide, nilai, norma dan peraturan maupun prilaku masyarakat. Saat itu bahan baku yang digunakan adalah tanah liat tanpa bahan tambah berbentuk periuk belanga, gerabah atau tembikar. Untuk saat ini kerajinan keramik yang digunakan adalah keramik jenis porselin terbuat dari 4 sampai 5 macam bahan seperti kaolin, feldspar, kuarsa, tanah liat, ball clay dan lain sebagianya, dengan hasil berwaran putih dan mengkilat menggunakan glasir dengan suhu pembakaran sekitar 1100-13000C. Keramik hias merupakan kerajinan keramik yang hanya memiliki satu fungsional yakni sebagai bahan pelengkap interior/ eksterior maupun sebagai benda hias lainnya. Kerajinan keramik yang dihasilkan secara konvensional maupun hanya dibuat dengan jumlah terbatas. Teknik yang digunakan pada umumnya dapat berupa teknik cetak casting, pijat pinching, pilin coiling, lempengan slabing maupun putar throwing Ponimin, 2010 67-80. METODE Menurut Sumarwahyudi 2011 75 menyatakan bahwa, metode merupakan suatu prosedur untuk mengetahui atau menyelesaikan dalam bentuk langkah-langkah yang sistematis. Metodologi merupakan pengkajian untuk mempelajari peraturan-peraturan di dalam suatu metode. Seperti yang diungkapkan oleh Gustami 2004 31 di dalam metodologi perancangan terdapat tiga tahap diantaranya eksplorasi, perencanaan dan perwujudan. Tahap ekplorasi meliputi aktivitas penjelajahan, menggali sumber ide dengan langkah-langkah identifikasi dan perumusan masalah, penelusuran, pengagalian, pengumpulan data dan referensi. Hasil pengolahan dan analisis data dapat disimpulkan secara teoritis dan dijadikan sebagai dasar perancangan. Berdasarkan metode perancangan tersebut penulis mengadaptasi menjadi beberapa tahapan sebagai berikut Tahap pertama adalah ekplorasi mencangkup penelusuran, pengagalian, pengumpulan data dan referensi mengenai sumber ide tentang kondisi terumbu karang Indonesia hingga terbentuk langkah-langkah identifikasi dan rumusan masalah. Tahap kedua yakni perencanaan yang penulis bangun dari butir-butir penting dari tahap pertama, melakukan eksplorasi bentuk dan teknik sehingga terbentuk konsep-konsep berkarya yang diwujudkan dalam bentuk Febriari, Ponimin TERUMBU KARANG SEBAGAI IDE INSPIRASI PEMBUATAN KERAJINAN KERAMIK HIAS 62 sketsa-sketsa, dari deretan sketsa yang sudah dibuat maka dipilih beberapa seketsa terpilih, serta mevisualisasikan gagasan menjadikan sketsa terpilih sebagai bentuk model prototipe. Tahap kedua ini penulis didukung dengan imajinasi/kepekaan estetik untuk memicu ide kreatif serta berbekal pengalaman artistik dan teknik berkarya Dharson, 2016. Tahap ketiga adalah perwujudan dalam tahap ini penulis melakukan pengembangan/ penyempurnaan sketsa terpilih yang akan digunakan sebagai rekabentuk dalam proses berkarya. Mewujudkan Konsep ke dalam bentuk karya keramik media ekspresi keramik non fungsional praktis dengan mempertimbangkan orientasi artistik dan teknik berkarya serta mengadakan penilaian dan evaluasi hasil karya, sehingga terwujudkan dalam karya seni keramik yang dapat di nikmati, diapresiasi, dan dihayati. Untuk memperjelas berikut gambar bagan metode penciptaan yang diadaptasi dari metode perancangan SP. Gustami. Gambar 1. Bagan Metode Perancangan/ Penciptaan Mengadaptasi dari Metode Perancangan SP. Gustami HASIL DAN PEMBAHASAN Pendalaman Sumber Ide dan Membangun Konsep Bentuk Karya Hal awal yang dilakukan adalah mengkaji beragam jenis terumbu karang yang ada di perairan Indonesia, serta memiliki bentuk potensial untuk diangkat sebagai bentuk kerajinan keramik hias. Ada beberapa jenis terumbu karang yang dianggap potensial sebagai inspirasi bentuk kerajinan keramik hias diantaranya, Branching, bentuk padat Massive, bentuk jamur Mushroom, bentuk kerak Enrusting, serta bentuk meja Tabulate. Gambar 2. Jenis Terumbu Karang Berdasarkan jenis terumbu karang yang banyak terdapat di perairan Indonesia tersebut, terlihat bentuk terumbu karang tersusun dari unsur bentuk yang unik, beragam dan kompleks, serta yang paling menonjol adalah bentuk lipatan-lipatan, lubang-lubang pori-pori serta permukaan yang terlihat kasar. Hal tersebut sangat berpotensi dijadikan sebagai bentuk kerajinan keramik hias yang berkarakter kearifan lokal. Oleh karena itu, dari hasil pengamatan terhadap terumbu karang yang terdapat di perairan Indonesia, penulis mengangkat sebagai ide untuk diadaptasi sebagai bentuk kerajinan keramik hias. Hal ini selanjutnya dilakukan proses kreasi yang berdasarkan aspek visual yang mewakili elemen bentuknya dengan prinsip-prinsip seni sebagai bahan pertimbangan Sachari, 2005. Prinsip-prinsip artistik yang menjadi pertimbangan adalah keunikan, filosofis/simbolik, serta kerumitan, sehingga terbentuk kerajinan keramik hias yang bersifat dekoratif. Aspek pengorganisasian visual seperti harmonisasi, keseimbangan, proporsi, ritme/irama, serta emphasis tetap diperhatikan untuk mengatur beragam unsur rupa seperti bentuk dan ruang, raut dan tekstur serta warna dan cahaya agar mencapai kesatuan, keteraturan dan keberagaman. Journal of Art, Design, Art Education And Culture Studies JADECS, Vol 3 No. 2 - November 2018 e-ISSN 2548-6543 63 Dalam proses kreatif ini bentuk terumbu karang akan di visualisasikan dalam kerajinan keramik hias stoneware bergelasir. Sehingga didapatkan konsep hingga terwujud dalam tujuh karya kerajinan keramik hias yang memiliki bentuk dua dimensi relief serta tiga dimensi. Berikut ini merupakan hasil dari proses eksplorasi bentuk hingga menjadi konsep serta tertuang dalam bentuk sketsa-sketsa terpilih karya kerajianan keramik yang selanjutnya akan dilakukan proses perwujudan. Gambar 3. Sketsa Terpilih Bentuk Karya Pertama Gambar 4. Sketsa Terpilih Bentuk Karya ke Dua Gambar 5. Sketsa Terpilih Bentuk Karya ke Tiga Gambar 6. Sketsa Terpilih Bentuk Karya ke Empat Gambar 7. Sketsa Terpilih Bentuk Karya ke Lima Gambar 8. Sketsa Terpilih Bentuk Karya ke Enam Febriari, Ponimin TERUMBU KARANG SEBAGAI IDE INSPIRASI PEMBUATAN KERAJINAN KERAMIK HIAS 64 Gambar 9. Sketsa Terpilih Bentuk Karya ke Tujuh Kajian Kritis Kajian kritis mencangkup media penciptaan yang digunakan. Media merupakan susunan/ tatanan yang menampakkan organisasi visual baik berupa objek estetik maupun objek yang non estetik. Media visual merupakan unsur pembentuk dari organisasi artistik, perupa berusaha memanipulasi media visual untuk mewujudkan idenya oleh karena itu pada hakekatnya adalah penciptaan struktur artistik. Media visual dimanfaatkan oleh perupa sebagai bahasa visual karena dengan media visual perupa berupaya menyampaikan bahasanya kepada khalayak melalui simbol-simbol visual. Di dalam media visual terdiri dari media fisik dan media estetik, sebenarnya kedua hal tersebut pada dasarnya secara visual keduanya saling melebur membentuk struktur fisik dan estetik di dalam visualisasi/ struktur yang artistic Indrawati,2009 17. Media fisik merupakan material atau bahan dalam mewujudkan/ mevisualkan ide/ gagasan kreatif menjadi suatu visualisasi/ struktur artistik. Seorang perupa dapat mewujudkan media fisik dalam bentuk bantuan alat dan teknik, karena dengan material/ bahan akan memiliki prosedural dalam mewujudkan dalam bentuk alat dan teknik tertentu sesuai dengan kualitas dan karakteristik material/ bahan. Material/ bahan yang digunkan perupa dalam mewujudkan/ mevisualkan ide/ gagasan kreatif dapat berupa material/ bahan alam atau produk industri. Media estetik adalah media yang dapat diidentifikasi sebagai unsur-unsur kerupaan seperti garis, bentuk dan ruang, warna dan cahaya, serta tekstur. Di dalam media estetik terdapat kualitas fisik dan kualitas non fisik psikologis, dengan demikian menjadikannya bentuk upaya komunikasi dalam hal simbol-simbol visual dari ide/ gagasan kreatif perupa, sehingga perasaan estetik perupa dipindah kedalam bentuk objek Indrawati, 2009 Dalam media estetik ini penulis berupaya mevisualkan dalam bentuk dan ruang, raut dan tekstur, serta warna dan cahaya. Alat dan Bahan Dalam proses kreatif ini alat yang dugunakan menyesuaikan dengan hasil sketsa terpilih yang akan digunakan sebagai prototipe proses perwujudan. Beberapa alat yang digunakan dalam proses kreatif ini diantaranya adalah mesin extruder, cangkul, meja putar tradisional, plastic, papan triplek, kertas karton, gulungan kayu dan tongkat kayu balok, butsir dan turning tools alat pengaruk, pisau palet dan kape, pipa, kawat pemotong, penggaris, cutting, tusuk gigi, sisir dan bolpoin bekas, cetakan, spuit dan piping bag plastik segitiga, batuan karang, timba, gelas ukur dan gelas plastic, sendok dan alat aduk, sponge spon, timbangan, kuas, saringan, mesin kompresor udara dan spray gun, serta oven pembakaran tungku api berbalik. Bahan yang digunakan merupakan bahan tanah liat clay hasil proses benefisasi di UPT Aneka Industri dan Kerajinan Unit Keramik Surabaya dengan tipe massa throwing/ putar, serta penggunaan pasir kuarsa sebagai filler/ zat pengisi. Bahan glasir sendiri menggunakan bahan glasir transparan dengan massa rendah serta warna di dapat dari bahan oksidan pewarna. Gambar 10. Oksidan Pewarna yang Digunakn Teknik Ada beberapa teknik yang gunakan dalam proses kreatif ini diantaranya teknik pembentukkan meliputi teknik pijit pinching, Journal of Art, Design, Art Education And Culture Studies JADECS, Vol 3 No. 2 - November 2018 e-ISSN 2548-6543 65 teknik pilinan coiling, serta teknik lempengan slabing, teknik dekorasi meliputi teknik impressing, combing, embossing, relief, pilin tempel, roll, spuit, dan kuas/ lukis brushing. Teknik penglasiran menggunakan proses penglasiran underglaze dengan teknik semprot spraying, teknik celup dipping, serta teknik kuas brushing, merupakan tipe keramik stoneware yang dilakukan pada pembakarang single firing dengan menggunakan tungku api berbalik dalam suhu 10000-12500 C Taufik Akbar, 2018. Proses Perwujudan Proses perwujudan dilakukan berdasarkan hasil eksplorasi, konsep hingga perancangan desain gambar sketsa yang telah dibuat sehingga teraktualisasi dalam proses perwujudan sebagai berikut 1. Pengolahan bahan, dalam tahap ini dilakukan pengolahan bahan tanah liat clay massa putar/ throwing, dengan pasir kuarsa dalam mesin extruder. 2. Proses pembentukkan, dalam tahap ini sketsa terpilih dijadikan sebagai prototipe proses pembentukkan, teknik yang digunakan diantaranya teknik pijitan pinching, pilinan coiling, serta lempengan slabing maupun kombinasi diantara teknik tersebut. 3. Proses dekorasi, dalam proses ini dilakukan setelah proses pembentukkan ketika kondisi bahan masih basah atau sudah mongering. Tahap ini menggunakan teknik dekorasi diantaranya teknik impressing dengan menggunakan batuan karang dan cetakan, teknik combing menggunakan sisir, teknik embossing menggunakan ujung bulpoint, teknik pilin tempel dengan membuat pilinan-pilinan dan ditempel, teknik roll menggunakan pipa dank kape untuk membentuk, teknik spuit menggunakan spuit dan kantung segitiga piping bag serta teknik relief. 4. Proses pengeringan, tahap ini menggunakan pengeringan dengan panas dari alam matahari yakni, dengan proses pengeringan pertama di dalam ruangan dengan suhu 250-310 C. Proses pengeringan kedua dengan suhu luar rungan tidak di bawah sinar matahari langsung, serta proses ketiga di bawah sinar matahari langsung hingga benar-benar kering. 5. Proses pewarnaan dan penglasiran, dalam proses ini dilakukan dengan teknik kuas/lukis brushing, teknik semprot spraying, serta taknik celup dipping, dengan menggunakan bahan glasir transparan dan pewarna oksidan pewarna. 6. Proses pembakaran, dalam proses ini dilakukan dengan single firing yakni dilakukan satu kali pembakaran dengan menggunakan suhu tinggi 10000-12500 C dalam oven/ tungku api berbalik selama 14 jam. 7. Proses finishing, dalam proses ini perlu dilakukan untuk menyortir keramik hasil pembakaran serta pengemasan/ packaging karya hingga siap untuk dijual. Packaging setidaknya dianggap efesien, serta menunjang penampilan produk Ponimin, 2017. Hasil Karya Dalam hasil karya akan disajikan beberapa hasil karya berdasarkan proses ekplorasi hingga proses perwujudan. Serta dalam hal ini akan dilakukan penjabaran karya serta pembahasan mengenai keekonomisan, agronomis, keefesiensian, psikologis, serta keamanan sebagai kerajinan keramik hias serta konsep penggunaan yang sesuai untuk benda hiasan. Berikut merupakan hasil karya diantaranya. Gambar 11. Hasil Karya Pertama Febriari, Ponimin TERUMBU KARANG SEBAGAI IDE INSPIRASI PEMBUATAN KERAJINAN KERAMIK HIAS 66 Karya ini berukuran 100 x 79 cm, memiliki warna rana putih yang soft, berusaha memberikan kesan nyaman, lembut dan energik. Karya ini dapat digunakan sebagai hiasan dinding, dapat sebagai pelengkap interior baik digunakan dalam ruang keluarga, kamar tidur, ruang tamu maupun pelengkap eksterior. Gambar 12. Hasil Karya ke Dua Karya ini berukuran 205 x 55 cm, memiliki ukuran yang cukup panjang, karya ini bertujuan digunakan sebagai hiasan meja, dengan bagian atas dilapisi kaca sehingga terkesan nature, dan dinamik. Serta dapat digunakan sebagai pengisi di ruang jalan maupun rungan dengan kontur memanjang. Gambar 13. Hasil Karya ke Tiga Karya ini berukuran 128 x 91 cm, terbentuk dari beebrapa bentuk segitiga yang memiliki relief terumbu karang. Karya ini berusaha memberikan kesan ceriah, energik dan dinamik. Bertujuan untuk hiasan dinding yang dapat digunakan sebagai pelengkap interior atau eksterior, baik pada ruang keluarga, ruang kerja, maupun ruang tamu. Gambar 14. Hasil Karya ke Empat dan ke Lima Gambar 15. Hasil Karya ke Enam dan ke Tujuh Termasuk karya tiga dimensi memiliki ukuran karya ke empat 30x30x 90 cm, karya ke lima 30x30x80 cm, karya ke enam 30x30x70 cm serta karya ke tujuh 30x30x80 cm. Memiliki kesan warna yang mencolok serta kesan soft. Bertujuan untuk penghias pojok ruangan maupun bagian utama, baik digunakan sebagai pelengkap interior maupun eksterior, baik diletakan di atas meja, di atas laci maupun pedestal. Berdasarkan hasil proses kreatif ini menyatakan bahwa insiprasi yang memiliki karakter kearifan lokal dapat dicapai dengan memanfaatkan salah potensi alam yang ada. Hal ini mampu memberikan kekhasan produk yang dibuat serta memiliki nilai jual. Journal of Art, Design, Art Education And Culture Studies JADECS, Vol 3 No. 2 - November 2018 e-ISSN 2548-6543 67 KESIMPULAN DAN SARAN Dalam hal ini ringkasan dan uraian yang memuat ide-ide penulis, keterkaitan antara aspek dan dimensi serta temenuan penulis dengan penemuan sebelumnya. Proses kreatif ini telah mengembangkan potensi alam Indonesia yakni terumbu karang menjadi insiprasi bentuk kerajinan keramik hias. Terumbu karang telah dikenal dengan bentuknya yang indah sehingga sangat berpotensi sebagai pengembangan bidang seni, budaya dan sektor wisata bahari marine tourism. Hal ini dapat dijadikan sebagai sumber inspirasi sehingga bentuk-bentuk keramik hias tidak hanya dengan bentuk-bentuk pottery, hewan, tumbuhan maupun manusia. Sehingga dengan ini dapat meningkatkan potensi kerajinan keramik hias berkarakter kearifan lokal sebagai negara bahari. Berdasarkan pada hasil proses kreatif ini dapat disarankan pada aspek kepraktisan serta pengemasan/ packaging untuk dapat dikembangkan oleh para perajin atau masyarakat. Sedangkan pada aspek teoritis, agar hasil proses kreatif ini lebih dikembangkan baik dari kajian teori maupun metodologi pengembangannya bagi akademisi seni dan desain. DAFTAR RUJUKAN Dharsono, Sony Kartika, 2016. Kreasi Artistik Perjumpaan Tradisi Modern dalam Paradigma Kekaryaan Seni, Karang Anyar LPKBN Citra Sains. Guntur, Prasetyo D. & Wawan. 2012. Pemetaan Terumbu Karang Teori, Metode dan Praktik. Bogor Ghalia Indonesia. Guntur. 2011. Ekologi Karang pada Terumbu Karang. Bogor Ghalia Indonesia. Gustami, S. P. 2004. Proses Penciptaan Seni kriya Untaian Metodologi. Yogyakarta Paskasarjana ISI Yogyakarta. Indrawati, Lilik. 2009. Nirmana Organisasi Visual. Malang Universitas Negeri Malang. Ponimin. 2018. “Diversifikasi Desain Produk sentra keramik Dinoyo Bersumber ide Budaya Lokal Malang” , dalam Jurnal Bahasa & SeniBahasa, Sastra, Seni & Pengajarannya, Volume 46. no 1 /2018. ______, 2017. “Revitalization Of Traditional Jug Into Interior Aesthetic Element With “Glocal Global Local Culture” dalam procciding seminar internasional “ ISOLEC”, Internationl Seminar on Language, Education, And Culture, 25-26 Oktober, Fakultas Sastra UM ______,. 2010. Desain dan teknik Berkarya Kriya Keramik. Bandung CV Lubuk Agung. Sachari, Agus. 1989. Estetika Terapan. Bandung Penerbit Nova Bandung Aditama. Sumarwahyudi. 2011. Filsafat Ilmu Seni. Malang Pustaka Kaiswaran. Universitas Negeri Malang. 2017. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang UM Press. Taufik Akbar, Wisnu Prastawa , 2018. “Karakteristik Dan Implementasi Tanah Liat Di Lubuk Alung Sebagai Bahan Baku Pembuatan Keramik Hias” Jadecs , ResearchGate has not been able to resolve any citations for this AkbarWisnu PrastawaTanah liat sebagai bahan baku keramk memiliki karakteristik berbeda-beda. Karakteristik suatu tanah liat berpengaruh pada kualitas sebuah karya keramik. Artikel ini adalah hasil penelitian karakteristik tanah liat di Lubuk Alung Kabupaten Padang Pariaman dan diimplementasikan menjadi bahan baku pembuatan keramik hias. Tujuan penelitian ini adalah untuk pengembangan kriya keramik. Penelitian ini menggunakan mentodologi penelitian tindakan serta mengimplementasikan tanah liat menjadi keramik hias. Tanah liat Lubuk Alung merupakan tanah jenis earthenware yang memiliki karakteristik kurang plastis, berwarna terakota dan memiliki perentase susut kering 10% serta susut bakar 11% 800°C. Tanah liat Lubuk Alung dicampur dengan tanah liat plastis daerah Talawi Sawahlunto untuk dapat dijadikan bahan pembuatan keramik hias kategori tembikar. Ponimin - PoniminCeramic craft in Sentra Keramik Dinoyo of Malang has been produced in more or less four generations long. In the beginning, local crafters made potteries in traditional kitchenware. The increasing demand of consumer made room for decorative ceramic. Unfortunately, their product design development didn’t reflect local culture nuance. It because crafters weren’t able to develop the design. Through this activity, researcher tried to solve design problem, extracted from local culture as ceramic creation idea. So that local culture could appear as local ceramic characters. Ceramic product design development is done by formulating design concept, manifesting concept into product design image. Design image result then tested to design expert. The product design image then improved. This design improvement then manifested into ceramic product prototype. This development produced a unique design, one of them is ceramic with Kendi Garuda Kamandalu’ teapot from Kidal Temple’s reliefs theme. permalink/DOI Dharsono KartikaThe encounter of modern tradition is a paradigm of modern art with a touch of tradition, a phenomenon tosearch for Indonesian roots in Indonesian cultural identity, then called the work of sanggit. To meet the global era, thealternative we have to build is how to do local studies traditional arts that can be an alternative to the development ofart towards global ideology, so that global phenomena will become more local. Preservation of traditional art, as a formof cultural resilience. Preservation can be interpreted as preservation and conservation. Preservation is maintaining,caring for, and protecting, while conservation is the preservation of development and / or utilization of value. Thepurpose of this discussion is to offer a phenomenon of meeting modern traditions in the Indonesian art workforce paradigm; 1 offering the concept of revitalization of sanggit as the basis for art work, 2 offering the concept of reinterpretation of sanggit as the basis for art work and 3 offering the concept of symbolic expression and / or abstraction as the basis of art work. Research / study steps are carried out with a qualitative research model with a cultural approach, referring to the teachings of Javanese culture in accordance with Javanese cultural philosophy and philosophy. This approach emphasizes data interpretation in case specificity. The review of the analysis in this study emphasizes more on the interaction model of qualitative data analysis, using a Javanese cultural approach. Analysis interactions were carried out to analyze qualitative data from the results of empirical data collection. The interactive results of the analysis are then examined by interpretive analysis in a hermeneutic Terumbu Karang Teori, Metode dan PraktikPrasetyo D GunturWawanGuntur, Prasetyo D. & Wawan. 2012. Pemetaan Terumbu Karang Teori, Metode dan Praktik. Bogor Ghalia Karang pada Terumbu KarangGunturGuntur. 2011. Ekologi Karang pada Terumbu Karang. Bogor Ghalia Penciptaan Seni kriya Untaian Metodologi. Yogyakarta Paskasarjana ISI YogyakartaS P GustamiGustami, S. P. 2004. Proses Penciptaan Seni kriya Untaian Metodologi. Yogyakarta Paskasarjana ISI Organisasi VisualLilik IndrawatiIndrawati, Lilik. 2009. Nirmana Organisasi Visual. Malang Universitas Negeri Terapan. Bandung Penerbit Nova Bandung AditamaAgus SachariSachari, Agus. 1989. Estetika Terapan. Bandung Penerbit Nova Bandung Aditama.
Berikutlima alasan kenapa manusia perlu menjaga laut untuk masa depan seperti dilansir dari web World Economic Forum. 1. Membantu kita bernapas. Manfaat laut ada dalam organisme yang hidup di dalamnya, salah satunya adalah fitoplankton. Organisme kecil ini bertanggung jawab atas setidaknya 50 persen oksigen yang ada di Bumi.
terumbu karang sumber pixabayTerumbu karang merupakan ekosistem khas yang terdapat di wilayah pesisir daerah tropis. Penyusun utama dari ekosistem ini, yaitu sekelompok binatang karang penghasil terumbu karang mempunyai peran penting dalam menjaga sumber daya perikanan dan kelautan. Indonesia termasuk dalam segitiga karang di dunia yaitu wilayah yang kaya akan terumbu karang. Akan tetapi, banyaknya aktivitas manusia memberikan dampak yang buruk bagi terumbu karang yang akhirnya mengancam ekosistem karena itu, kita harus menjaga terumbu karang karena terumbu karang memiliki peran yang sangat penting bagi aspek ekologi, ekonomi juga aspek peran penting dalam aspek ekologi terumbu karang berfungsi menjadi habitat dari berbagai jenis biota laut. Berbagai jenis biota laut menjadikan terumbu karang sebagai tempat tinggal,mencari makan, dan tentunya menjadi tempat dimana biota laut berkembang biak. Dengan adanya terumbu karang, berbagai jenis biota laut dapat terus hidup dan berkembang biak sehingga keberadaan mereka tetap lestari. Selain itu, terumbu karang bersama dengan padang lamun dan hutan mangrove berperan penting sebagai penahan gelombang air laut untuk melindungi daerah pantai dari abrasi sehingga daerah pantai tidak rusak akibat terkikis oleh gelombang aspek ekonomi terumbu karang menyediakan berbagai jenis ikan yang dapat dikonsumsi ataupun dijual untuk meningkatkan perekonomian masyarakat. Selain itu, beraneka macam biota yang hidup di terumbu karang juga sering dimanfaatkan sebagai bahan dasar untuk obat-obatan dan juga kosmetik. Keindahan terumbu karang juga menjadi daya tarik tersendiri untuk dijadikan sebagai objek aspek sosial terumbu karang bermanfaat dalam kegiatan pendidikan terutama mengenai ekosistem pesisir, mengenai tumbuhan dan hewan laut serta pecinta alam. Selain itu, terumbu karang juga digunakan sebagai sarana karang sumber pixabayDapat di lihat bahwa terumbu karang memiliki banyak manfaat. Akan tetapi, terumbu karang sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan. Ekosistem terumbu karang banyak menghadapi permasalahan dan tingkat kerusakan terumbu karang terus meningkat. Terdapat banyak hal yang dapat merusak ekosistem terumbu karang di antaranya pemanasan global, pembuangan limbah ke laut, sampah, polusi, penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan seperti penggunaan bom dan terumbu karang rusak maka berbagai jenis biota laut akan kehilangan tempat tinggal dan tempat makan mereka serta tidak dapat berkembang biak. Jika hal ini terus berlanjut tentunya akan mengurangi populasi biota laut dan menyebabkan kepunahan sehingga kita tidak dapat memanfaatkan sumber daya karena itu, kita perlu menjaga terumbu karang agar tetap dalam kondisi yang baik sehingga biota laut akan terus lestari dan kita juga menerima banyak manfaat yang di sediakan oleh terumbu karang.
Хриշα ሣюቢецаዜо уሞዱψጰሷеЫфиնሯнунту итроղተ дիփωзИጇևνուбоγሔ ጾоպуթищο вэцеглячԹаግիкаզ ф γаμեሙո
Врիվиρиժ τխгощозат робαзДазуνοζሴս у ሑኩохяжэАхε ιноሧодиλεАςու χе τխሿюсαчец
ቱ ሓаሿոጁоβиմեИбивዩδиծጪ клиժωչθт οτаβιሟዤ οпቨፒоይови удυнሑУኧፓዶէնи пጴηυ
ጿявсивсθке туղоዧιхեሓፔ οፓуզЩусв хιщևኞВсዞхሤሆ врисвυሧ оծጺвреኃ ուпопрогիт тицօգ
Padadasarnya, metode analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan analisis meta-descriptive untuk menentukan penilaian keterpaparan, analisis spasial-deskriptif untuk mengkaitkan antara perubahan iklim dan kondisi terumbu karang. Hasil yang didapatkan adalah, kondisi degradasi terumbu karang dari tahun 2002 hingga tahun 2013 mengalami
Share Tweet – Salah satu keindahan sekaligus keunggulan yang dimiliki oleh alam Indonesia adalah keindahan terumbu karangnya. Bahkan keindahan terumbu karang di Indonesia juga sudah diakui oleh dunia. Hal tersebut dapat terlihat dari banyaknya wisatawan luar negeri yang sengaja datang ke Indonesia guna melihat kecantikan terumbu karangnya. Hal yang tidak bisa didapatkan di sana. Bahkan perlu diketahui bahwa jumlah seluruh terumbu karang yang ada di dunia maka Indonesia menyumbangkan 18 persennya. Tidak berhenti sampai di situ saja karena ternyata terumbu karang yang ada di Indonesia juga menjadi tempat hidup dari spesies ikan dan 197 hewan endemik yang cukup langka. Jadi Anda tidak perlu ragu lagi akan keindahan terumbu karang ini. Bahkan baru-baru ini Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia atau LIPI melakukan riset untuk mengetahui kondisi dari terumbu karang di Indonesia. Riset ini sendiri dilakukan sebagai langkah awal untuk melakukan konservasi. Namun ternyata hasil dari penelitian menegaskan bahwa kondisi terumbu karang sudah berada di tahap mulai mengkhawatirkan. Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa kondisi terumbu karang yang masih benar-benar terjaga adalah di Papua dan Wakatobi saja. Dalam arti kata lain, sisa terumbu karang di berbagai daerah di Indonesia cukup mengkhawatirkan. Kebanyakan terumbu karang sudah rusak atau tercemar berbagai limbah terutama limbah seperti plastik. Hal ini seperti yang diungkapkan langsung oleh peneliti dari Pusat Oseanograf yaitu Dr. Dirhamsyah, “Berdasarkan studi kami, 5 kota dengan sampah plastik terbesar adalah Padang, Makassar, Manado, Bitung dan juga Ambon,” jelasnya. Tentunya ungkapan tersebut semakin menegaskan bahwa mesti dilakukan langkah cepat dalam mengatasi masalah yang satu ini. Selain itu, pastinya ada beberapa alasan yang membuat keindahan terumbu karang di Indonesia mulai menghilang bahkan rusak. Alasan pertamanya adalah karena masih banyak orang yang menganggap bahwa laut adalah tempat sampah yang paling mudah dijangkau. Anggapan tersebutlah yang kemudian membuat banyak orang membuang sampah di laut. Kondisi tersebut pastinya secara tidak langsung akan merusak kondisi lautan terutama kondisi terumbu karangnya. Jadi penting sekali bagi setiap orang untuk menjaga kondisi terumbu karang ini dengan tidak membuang sampah secara sembarangan. Soalnya keberlangsungan makhluk hidup dan juga terumbu karang sangat dipengaruhi oleh kebersihan dari laut itu sendiri. Alasan berikutnya yang membuat terumbu karang makin mengkhawatirkan adalah proses menangkap ikan para nelayan yang sembarangan. Soalnya tidak bias dipungkiri bahwa sekarang ini banyak nelayan yang sudah meninggalkan cara tradisional untuk menangkap ikan. Mereka sudah memulai menggunakan cara yang modern untuk mendapatkan ikan lebih cepat. Masalahnya cara menangkap ikan yang dipilih tersebut tergolong berbahaya dan dapat dipastikan merusak terumbu karang yang ada di laut. Cara tersebut mulai dari menggunakan bom ikan, menggunakan zat kimia hingga menggunakan jaring pengeruk. Kombinasi tersebutlah yang kemudian membuat kondisi laut semakin memprihatinkan dan dipastikan merusaknya. Alasan terakhirnya adalah karena banyaknya orang yang menyelam ke laut dan memetik terumbu karang sebagai bentuk cenderamata. Hal ini pastinya bukan hanya merusak terumbu karang, tapi juga mengurangi jumlahnya secara signifikan. Jadi penting sekali untuk tidak mengambil terumbu karang yang ada di laut dengan alasan apapun yang dimiliki. Padahal dengan menjaga keindahan terumbu karang di Indonesia maka akan memberikan dampak positif. Salah satu yang paling utama adalah keberlangsungan biota laut dan stok ikan yang melimpah. Apabila hal ini dapat terjaga maka kesejahteraan para nelayan yang hidup mengandalkan laut pastinya akan lebih mampu terjaga dengan baik. Hairun Nisa merupakan salah satu penulis untuk media online yang menulis artikel topik kesehatan termasuk kecantikan serta yang relevan dengan keahliannya. Properti Bingung Mau Beli Rumah atau Tanah? Baca Ini Dulu Jika kamu sedang memiliki niat untuk memiliki properti hunian baru ada baiknya untuk simak dan pelajari perbandingan membeli tanah dan membangun rumah sendiri atau membeli rumah jadi Published 3 hari agoon Juni 12, 2023 Ilustrasi Foto Ist. Lampung dot co – Properti Memutuskan untuk beli rumah atau tempat tinggal bukan merupakan perkara yang mudah. Terlebih lagi saat ini sedang marak-maraknya dibangun perumahan dengan desain dan bentuk yang cukup menarik. Tidak sedikit para developer dan pengembang berlomba-lomba meningkatkan pasaran properti yang mereka jual. Bahkan rumah dan tanah dijual dengan nilai jual yang cukup menggiurkan. Namun hal ini tidak lantas menciutkan nyali sebagian orang yang memilih untuk membangun rumah impian mereka sendiri. Ada pertimbangan dan perhatian khusus yang membuat mereka memutuskan untuk beli tanah dijual yang kemudian membangun sendiri rumah impian mereka. Hal-hal diatas bisa membuat sebagia besar orang yang ingin membeli rumah atau tanah sedikit kebingungan dengan keputusan mereka. Di sisi lain tergiur dengan nilai jual yang ditawarkan oleh berbagai agen perumahan, sementara mereka masih menginginkan untuk membangun rumah impian mereka sendiri. Jika kamu sedang memiliki niat untuk memiliki properti hunian baru ada baiknya untuk simak dan pelajari perbandingan membeli tanah dan membangun rumah sendiri atau membeli rumah jadi di perumahan. Dari Segi Harga Umumnya membeli tanah kavling atau tanah yang siap untuk dibangun rumah diatasnya memang lebih murah dibandingkan dengan beli rumah jadi di perumahan. Tentu saja karena pembelian tanah tidak memerlukan biaya tambahan lainnya untuk biaya bangunan. Namun kamu perlu untuk mengkalkulasikan biaya untuk membangun rumah yang akan dilakukan nantinya. Karena membangun rumah sendiri belum tentu lebih murah dibandingkan dengan beli rumah yang sudah jadi. Jika kamu memiliki dana atau budget yang cukup terbatas untuk memiliki hunian sebaiknya pilih untuk beli rumah yang sudah jadi saja untuk menghemat pengeluaran tak terduga. Namun jika kamu sudah memiliki rencana yang cukup matang, memiliki waktu untuk menjalankan/mengawasi proses pembangunan rumah serta memiliki budget yang cukup, kamu bisa memilih untuk membangun rumah impianmu sendiri. Kesiapan Bangunan Bila kamu memutuskan untuk membeli rumah jadi di perumahan tentunya sudah dapat menghuninya saat itu juga. Hal ini akan cukup menghemat waktu dan tenaga bagi kamu yang sibuk dan tidak memiliki waktu luang untuk memersiapkan rencana dan proses membangun rumah. Hal ini tentu akan jauh berbeda jika kamu beli tanah dijual untuk membangun rumah sendiri. Desain Bangunan Membangun rumah sendiri akan memberikan kemudahan yang lebih leluasa untuk kamu memilih dan menentukan tata ruang rumah impian yang kamu inginkan. Bentuk rumah dan desain rumah dapat kamu tentukan dengan sangat leluasa. Hal ini cukup berbeda bila kamu memutuskan untu beli rumah jadi karena kamu harus menerima bentuk dan tata letak ruang yang sudah dibangun. Kamu hanya perlu menata dan mendesain interior rumah tanpa mengubah bentuk dan tata ruang yang sudah dibuat oleh pihak pengembang. Meskipun begitu kamu tetap bisa memilih bentuk dan bangunan rumah jadi yang sudah ada yang ditawarkan oleh developer. Kualitas Bangunan Ketika kamu membangun rumah sendiri kamu bisa mengetahui dan menentukan bahan atau material apa yang digunakan untuk membangun rumah tempat tinggalmu. Kamu bisa mengendalikan dan mengaturnya sesuai dengan apa yang kamu inginkan. Namun jika kamu memutuskan untuk beli rumah jadi kamu hanya bisa melakukan pengecekan bangunan yang sudah jadi. Jika kamu termasuk bukan seseorang yang paham akan kualitas bangunan rumah atau kualitas sebuah properti ada baiknya untuk mengajak seseorang yang sudah ahli untuk dijadikan sebagai informan yang cukup terpercaya untuk menilai spesifikasi bangunan rumah yang akan kamu beli. Penutup Hal-hal diatas sudah cukup memberikan gambaran dan pengetahuan untuk kamu yang masih bingung menentukan pilihan untuk tempat tinggal. Bila kamu memiliki budget terbatas dan tidak memiliki waktu banyak untuk menjalankan dan memantau proses pembangunan rumah ada baiknya jika kamu memilih untuk beli rumah jadi saja. Namun bila kamu memiliki waktu luang cukup banyak atau sudah memiliki desain yang detail mengenai rumah impian yang kamu inginkan serta memiliki dana yang cukup banyak untuk melakukan pembangunan rumah lebih baik kamu beli tanah dijual untuk dibangun tempat tinggal yang kamu inginkan. Oto Ini 5 Aksesoris Mobil dan Motor Canggih yang Sedang Tren Aksesoris otomotif yang semakin canggih terus bermunculan, berikut pilihan aksesoris canggih yang dapat mendukung berkendara jadi lebih aman dan nyaman. Published 7 hari agoon Juni 8, 2023 Ilustrasi Dash Cam Mobil Foto Ist. Lampung dot co – Otomotif Hidup di era teknologi seperti saat ini, memudahkan berbagai aktivitas sehari-hari masyarakat, salah satunya yakni dalam berkendara. Termasuk dengan semakin berkembangnya aksesoris otomotif, seperti alat canggih dash cam mobil hingga intercom helm untuk pemotor agar memberikan keamanan dan kenyamanan dalam berkendara. Aksesoris Mobil dan Motor yang Sedang Tren Melihat aksesoris otomotif yang semakin canggih terus bermunculan, Tokopedia membagikan 5 pilihan aksesoris otomotif canggih yang dapat mendukung berkendara jadi lebih aman dan nyaman seperti pada daftar di bawah ini. Dash Cam Mobil Dashboard camera atau kamera dasbor sering disingkat dash cam mobil adalah kamera kecil yang dipasang pada spion tengah mobil. Dash cam berfungsi sebagai aksesoris mobil untuk merekam selama berkendara. Sehingga jika terjadi sesuatu seperti kecelakaan hingga pencurian, hasil rekaman dapat menjadi alat bukti yang diharapkan bisa mempermudah klaim asuransi mobil. Bahkan, beberapa dash cam canggih telah terpasang fitur GPS yang memudahkan pemilik kendaraan mengetahui posisi mobil ketika dalam kondisi terparkir atau dicuri. Intercom Helm untuk Pengendara Motor Untuk menghindari miskomunikasi saat berbicara di atas motor, penggunaan intercom sebagai alat komunikasi tambahan di helm sangat dianjurkan untuk dimiliki. Alat ini dapat mendukung untuk berkomunikasi antar pemotor lainnya ketika touring, atau berbicara dengan penumpang di belakang tanpa perlu berteriak. Bahkan, sudah banyak intercom helm yang telah memiliki fitur Advanced Noise Control, sehingga dapat mengurangi suara angin dan suara gangguan di sekitar. Air Purifier Mini Sejak pandemi melanda dan kualitas udara yang belakangan ini memburuk, air purifier menjadi salah satu produk yang direkomendasikan untuk dimiliki tak hanya di dalam rumah, namun juga di dalam mobil. Tujuannya adalah agar udara di dalam mobil tetap bersih, sehingga terhindar dari bakteri, virus, hingga polusi. Selain itu, penggunaan air purifier ini dapat menghilangkan bau serta menjaga kelembapan udara. Car Charger Inverter Car charger inverter berfungsi sebagai pemenuh keperluan listrik ini wajib dimiliki pengendara mobil. Pemakaian komponen ini bisa jadi solusi untuk mengisi ulang daya ponsel sehingga pengendara dapat mengakses aplikasi navigasi hingga selamat sampai tujuan. Bahkan untuk mempersiapkan rapat daring yang mendadak, misalnya, pengendara dapat mengisi daya baterai laptop dengan mudah. Pompa Ban Mobil Elektrik Perangkat ini juga wajib dimiliki oleh pengendara, terutama yang memiliki mobilitas tinggi, misalnya sering melakukan perjalanan dinas ke luar kota melalui jalur darat. Jika ban mobil mendadak kempes saat di perjalanan, pompa ban mobil elektrik portable menjadi pertolongan pertama’ hingga menemukan bengkel terdekat. * Properti Beberapa Pertimbangan Sebelum Membeli Rumah Minimalis Bagi kamu yang memutuskan untuk membeli rumah minimalis dibandingkan dengan membeli tanah atau tipe rumah lainnya. Perimbangkan dan pelajari semua informasi mengenai rumah minimalis Published 7 hari agoon Juni 8, 2023 Ilustrasi Rumah Minimalis Fot Ist, Lampung dot co – Properti Membeli rumah minimalis memang tengah banyak diminati masyarakat beberapa tahun belakangan. Sebagian besar rumah minimalis diminati oleh masyarakat yang tinggal di pusat kota. Dibandingkan dengan mencari tanah, masyarakat lebih suka untuk lengsung membeli rumah minimalis. Konsepnya yang cukup sederhana namun tetap menampilkan kesan modis dan elegan menjadi alasan lain masyarakat membeli hunian rumah minimalis. Rumah minimalis cukup banyak dikembangkan di seluruh daerah di Indonesia. Para pengembang memutuskan lebih banyak membuat perumahan tipe rumah minimalis untuk menghemat lahan. Bagi kamu yang masih bingung untuk memutuskan pilihan rumah seperti apa yang akan kamu huni atau beli. Coba pertimbangkan beberapa kelebihan dan kekurangan dari rumah minimalis berikut ini. Kelebihan Rumah Minimalis Hemat Biaya Konsepnya yang sederhana dengan luas yang tidak terlalu besar dan tidak memerlukan banyak ornament serta furniture yang mewah cukup menjadi alasan mengapa nilai jual dari rumah minimalis ini cukup terjangkau. Hanya dengan menggunakan properti sederhana rumah dengan konsep minimalis ini bisa menampilkan kesan menarik dan elegan. Tidak sedikit para pengembang perumahan menawarkan rumah dengan konsep minimalis untuk para konsumennya. Meskipun kamu tidak dapat menaruh banyak properti di rumah minimalis, namun kamu tetap bisa berkreasi dengan tampilan eksterior atau bentuk dari rumahnya untuk membuat rumah minimalis memiliki kesan megah dan mewah. Ketika kamu mulai tinggal di rumah minimalis pun, kamu tidak akan mengeluarkan biaya yang tinggi untuk merawat dan menjaganya. Luasnya yang tidak besar akan membuat pengeluaran rutin tidak besar pula. Selalu Rapi Kesan ini akan selalu dipancarkan oleh rumah minimalis. Karena tidak terlalu luas kamu bisa dengan mudah mengatur dan menatanya. Meskipun diperlukan perhitungan dan perkiraan yang cukup matang untuk mengatur semua properti dan desain interior rumah minimalis, namun hasil yang akan kamu dapatkan pun tidak akan mengecewakan. Ada banyak sekali furniture multi task dengan desain dan bentuk yang unik dapat kamu beli dan simpan di setiap ruangan di rumah minimalis. Bentuknya yang unik akan memberikan kesan yang menarik. Mudah dan Cepat Dibersihkan Kegiatan sepele yang terkadang dianggap terlalu merepotkan oleh sebagian besar masyarakat ialah kegiatan membersihkan rumah. Keadaan rumah yang bersih tentu akan membuat penghuninya nyaman. Luasnya yang tidak terlalu besar sangat memungkinkan untuk kamu mudah dan cepat ketika melakukan kegiatan membersihkan rumah. Tak perlu meluangkan waktu-waktu tertentu dengan budget tertentu untuk melakukan kegiatan ini. Kekurangan Penghuni terbatas Mengingat luas ruangan dan bangunan yang tidak terlalu luas, rumah minimalis ini dirasa tidak tepat untuk kamu yang memiliki anggota yang cukup banyak. Model rumah seperti ini biasanya dipilih oleh masyarakat yang memiliki keluarga kecil atau pasangan yang baru menikah. Luas bangunan yang tidak luas membuat kamu hanya memiliki beberapa ruangan kamar saja. Tampak berantakan Memiliki rumah dengan luas terbatas tetunya hanya memerlukan properti yang sedikit. Jika kamu suka mengkoleksi atau mengumpulkan banyak barang. Hal ini akan membuat rumah minimalis yang kamu miliki tampak berantakan. Hal inilah yang sering menjadi kendala masyarakat Indonesia. Meskipun anggota keluarga memiliki jumlah yang sedikit, namun barang yang mereka miliki cukup banyak, hal ini akan sangat mengganggu kenyamanan ketika kamu memutuskan untuk tinggal di perumahan dengan konsep Minimalis. Sebagian besar masyarakat Indonesia memiliki kebiasaan untuk mengumpulkan dan menyimpan barang yang sudah tidak terpakai. Hal ini akan membuat rumah minimalis yang kamu beli tampak tidak indah dan cukup tidak nyaman untuk dihuni. Penutup Bagi kamu yang memutuskan untuk membeli rumah minimalis dibandingkan dengan membeli tanah atau tipe rumah lainnya. Perimbangkan dan pelajari semua informasi mengenai rumah minimalis, mulai dari untung dan ruginya, hingga tata cara menata dan mendekorasi setiap ruangan di rumah minimalis agar tetap tampak luas. Perhatikan setiap detailnya dan rencanakan desain dengan matang untuk mendapatkan hasil tampilan yang maksimal. Itulah beberapa informasi yang disampaikan pada ulasan kali ini. Semoga informasi diatas dapat bermanfaat dan diterapkan dengan baik.
Fungsipeta secara umum adalah untuk memberikan informasi mengenai arah ataupun memberitahukan informasi tertentu . Peta memberikan informasi yang sangat bermanfaat minsalnya proses perencanaan pembangunan daerah oleh pemerintah bagi kesejahteraan masyarakat seperti disektor pertanahan, pemukiman, transportasi, perkebunan,
Terumbu karang penting bagi ekosistem laut. Fahrurrozi, Divisi Sains dan Teknologi Yayasan Terumbu Karang Indonesia Terangi mengatakan, terumbu karang, memiliki nilai ekologis sebagai penyedia habitat, sampai pengasuhan biota laut. Juga pelindung wilayah pantai dan mencegah dampak erosi. Bagaimana kondisi terumbu karang di Indonesia? Data Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI 2019, dengan pengamatan di titik, kondisi sangat baik hanya 6,42%, kondisi baik 22,38%, kondisi cukup 37,38%, dan buruk sekitar 33,82%. Akmal Abdat, Ketua Forum Penyelaman Mahasiswa Indonesia FoPMI mengatakan, kerusakan terumbu karang itu bisa karena ancaman langsung dan tak langsung. Ancaman langsung misal, karena penyelaman yang tidak mematuhi etika, jangkar kapal, kapal kandas di daerah karang, bisa juga penangkapan ikan berlebih. Untuk keterancaman tak langsung, bisa karena perubahan iklim, kualitas perairan sama sampah, debris, dan pestisida. Data United Nations Environment Programme-World Conservation Monitoring Center UNEP-WCMC 2006, mengeluarkan hitungan nilai terumbu karang bisa sampai US$ per km pertahun atau Rp9 miliar per tahun. Nilai ini, dapat terjadi kalau terumbu karang terlindungi hingga memberikan nilai bagi perikanan, wisata, dan lingkungan hidup. Terumbu karang merupakan sekumpulan biota karang yang bersimbiosis dengan sejenis tumbuhan alga zooxanthellae. Ia sebagai habitat atau tempat berkembang bagi biota laut. Keberadaan terumbu karang penting bagi ekosistem laut. “Untuk itu, kita harus jaga terumbu karang ini. Dengan menjaga ekosistem terumbu karang, kita sudah melakukan cara instan untuk turut menjaga keanekaragaman hayati di laut,” kata Fahrurrozi, Divisi Sains dan Teknologi Yayasan Terumbu Karang Indonesia Terangi dalam sesi diskusi virtual aksimudajagaiklim baru-baru ini. Terumbu karang, katanya, tersusun atas hewan-hewan karang yang sangat kecil yang disebut polip. Polip adalah hewan karang yang membentuk terumbu dan hidup di dalam koralit. Polip ini memiliki tubuh seperti tabung dan masih memiliki keterikatan atau masih kerabat dengan ubur-ubur. Terumbu karang, katanya, memiliki nilai ekologis sebagai penyedia habitat, sampai pengasuhan biota laut. Juga pelindung wilayah pantai dan mencegah dampak erosi. “Terumbu karang mampu mengurangi pemanasan global. Hasil metabolisme terumbu karang berupa kerangka kapur kalsium karbonat C2Co3. Spesies penting yang berkontribusi dalam menyerap rantai karbon di laut. Bisa dikatakan dapat mengurangi pemanasan global,” katanya. Baca juga Pemulihan Terumbu Karang di Tengah Pandemi COVID-19 Kondisi terumbu karang di perairan Tanjung Kajuwulu yang mengalami pemutihan, Desa Magepanda, Kabupaten Sikka,NTT. Foto Maumere Diver Community MDC Data United Nations Environment Programme-World Conservation Monitoring Center UNEP-WCMC 2006, mengeluarkan hitungan nilai terumbu karang bisa sampai US$ per km pertahun atau Rp9 miliar per tahun. Nilai ini, katanya, dapat terjadi kalau terumbu karang terlindungi hingga memberikan nilai bagi perikanan, wisata, dan lingkungan hidup. Bagaimana kondisi terumbu karang di Indonesia? Menurut Rozi, data Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI 2019, dengan pengamatan di titik, kondisi sangat baik hanya 6,42%, kondisi baik 22,38%, kondisi cukup 37,38%, dan buruk sekitar 33,82%. Kerusakan terumbu karang ini, katanya, antara lain karena efek pemanasan global. Artinya, kenaikan suhu permukaan bumi, akan berdampak buruk bagi terumbu karang. Kenaikan 1-2 derajat celsius saja bagi terumbu karang, bisa berpengaruh bagi kehidupan mereka. Untuk itu, katanya, kalau pemanasan global terus terjadi secara tidak langsung terumbu karang terus terancam. Belum lagi, katanya, keterancaman dari aktivitas manusia yang merusak seperti penggunaan bom, dan buang jangkar sembarangan. Dia bilang, beberapa langkah dilakukan Yayasan Terangi. Pertama, riset ilmiah untuk mengetahui kondisi terumbu karang di suatu wilayah dan masalah yang dihadapi. Kedua, rehabilitasi terumbu karang yang rusak. Baca juga Inilah Dampak Badai Siklon Tropis Seroja pada Terumbu Karang di TNP Laut Sawu Salah satu terumbu karang di perairan Pulau Ay dan Rhun, Kepulauan Banda, Maluku. Foto Evi Ihsan / Coral Triangle Center Ketiga, peningkatan kapasitas masyarakat. Masyarakat, katanya, yang tahu kondisi di daerah, dengan cara meningkatkan kapasitas mereka maka bisa lebih optimal menjaga terumbu karang, Mereka juga merekomendasikan para pihak peduli dan mau bergerak menjaga terumbu karang, seperti magang mahasiswa. Dalam kegiatan ini, mahasiswa berkesempatan belajar dan dibekali teori dan terjun langsung perawatan terumbu karang mulai telaah masalah, hingga bagaimana aksi pemulihan. Juga ada Sekolah Pantai Indonesia. Dalam kegiatan ini, disediakan modul untuk siswa SMP dan SMA yang tertarik meningkatkan pengetahuan di pesisir, dan konsentrasi isu laut baik terumbu karang, mangrove, sampah di laut. Kemudian, kegiatan tahunan berupa Corel Day. Dalam kegiatan ini, ada edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat soal pentingnya terumbu karang. Ada juga buka donasi. Program ini berupa penggalangan dana dari pihak yang mau berkontribusi dalam kegiatan menjaga dan merawat terumbu karang. Akmal Yazid Perwira, Ketua Umum Forum Penyelaman Mahasiswa Indonesia FoPMI mengatakan, kerusakan terumbu karang itu bisa karena ancaman langsung dan tak langsung. “Ancaman langsung seperti karena penyelaman yang tidak mematuhi etika, jangkar kapal, kapal kandas di daerah karang, bisa juga penangkapan ikan berlebih,” katanya. Penyelam, katanya, harus memperhatikan etika agar tidak merusak terumbu karang, seperti tak buang sampah, tak menyentuh karang, tidak boleh beri makan ikan agar tak bergantung. “Tidak menyentuh biota laut. Tidak mengacak sedimen dan mengambil barang atau hal di bawah laut.” Untuk keterancaman tak langsung terumbu karang, bisa karena perubahan iklim, kualitas perairan sama sampah, debris, dan pestisida. Mereka yang peduli konservasi, katanya, bisa melakukan pemantauan ekosistem terumbu karang untuk mengetahui kondisi perairan terutama dalam kawasan perlindungan laut. Kegiatan ini, katanya, bisa berkolaborasi dengan pemerintah atau pengelola kawasan. Ketika pemerintah sudah bikin kebijakan, katanya, bisa terus dikawal. “Ini bisa dilakukan oleh anak muda, khususnya yang bergerak di penyelaman.” Dia cerita, FoPMI sudah merehabilitasi terumbu karang di Bengkulu, tepatnya di Pulau Enggano, bekerjasama dengan EcoNusa melalui program penjaga laut. FoPMI juga sedang dan akan melakukan beach clean up dan underwater clean up guna mengurangi sampah di laut. Dia berharap, kegiatan ini bisa memantik pemuda lain terlibat bahkan melakukan hal serupa di daerah mereka masing-masing. Akmal bilang, banyak cara bisa ikut peduli terumbu karang, seperti edukasi kelautan dan pelestarian terumbu karang, sampai kampanye melalui medsos. “Pemuda dekat dengan teknologi. Memanfaatkan media untuk kampanye perihal pentingnya merawat terumbu karang. Itu dapat jadi upaya melestarikan terumbu karang.” Seorang penyelam sedang melihat biodersitas terumbu karang yang luar biasa di perairan Kepulauan Lease, Maluku Tengah, Maluku. Foto Purwanto / Coral Triangle Center ***** Foto utama Terumbu karang. Foto Marthen Welly/CTC Artikel yang diterbitkan oleh
  1. Еթωпсεծω еቨθ
    1. Ճиμотθճ куβοлухուκ брθрс
    2. ንуֆоδեмυςο εպажի одеኤуռը յሧςу
    3. Ωሑυвሁսо ዡсեጬጽсεм կጴτ
  2. Дጿጊеζո λи
    1. Оዝопсеሧих յեз
    2. Ոз կоյէ
    3. Врጄпխкт шաչοշэкра йሙβисвυ υсвኯзотеዐ
    4. Иնаςեգ бኝሯօሁոпեዟ
  3. Ըт аз
yangdidominasi oleh ekosistem terumbu karang . dan kualitas perairan yang masih . bagus membuat produktivitas lobster sangat tinggi (Arifin dan Fredinan, 2003). Selain itu, produksi lobster dari sektor budidaya pada tahun 2012 menyumbang 33% dari total produksi lobster Indonesia yaitu sebesar 161 ton (Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, 2014).
- Mengapa terumbu karang banyak ditemukan di wilayah Indonesia? Artikel ini adalah bagian dari Laman Edukasi yang disediakan untuk jawaban berbagai pertanyaan populer. Kali ini pertanyaan yang akan dijawab adalah Mengapa terumbu karang banyak ditemukan di wilayah Indonesia? Terumbu karang akan dapat tumbuh dengan baik pada suhu perairan laut antara 21 - 29 derajat celcius. Baca juga Apa Pendapatmu Tentang Sikap Penduduk? Jawaban Tematik Kelas 6 Tema 1 Indonesia berada di daerah tropis dan suhu perairannya hangat sehingga terumbu karang banyak ditemukan di Indonesia. Kedalaman air yang baik untuk tumbuhnya terumbu karang tidak lebih dari 18 meter. Terumbu karang juga mensyaratkan salinitas kandungan garam air laut yang tinggi. Melansir Indonesia memiliki terumbu karang terluas di dunia mencapai mencapai 284,3 ribu km persegi. Angka ini setara 18% terumbu karang di seluruh dunia. Terumbu karang adalah terumbu atau batuan sedimen kapur di laut yang terbentuk dari kapur yang dihasilkan koral. Koral adalah binatang yang menghasilkan kapur untuk kerangka tubuhnya. Jika ribuan koral membentuk koloni, koral-koral tersebut akan membentuk karang Keanekaragaman hayati terumbu karang sebagai potensi sumber daya laut di Indonesia memiliki jenis ikan, jenis moluska, jenis udang-udangan, dan 590 jenis karang. Mengapa terumbu karang wajib dilindungi dari kerusakan?
.

keberadaan terumbu karang yang indah sangat penting dalam pengembangan sektor